Sebelumnya perlu diterangkan bahwa saya bukan ahli musik, ga ada turunan musikus, bahkan dalam keluarga besar ga ada yg bisa satu alat musik pun. Saya senang musik pasif, bisa gitar cuma genjreng-genjreng, bisa keyboard cuma centrang-centrung, bisa suling cuma tulattulit. Intinya semua alat musik saya coba walau berakhir dengan derita karena tidak ada ahli.
Tapi di sini saya tidak bercerita tentang musik, tapi tentang proses. Tidak bercerita tentang hasil akhir, tapi tentang bertumbuh, Tidak tentang show up tapi tentang kepuasan pribadi.
Ada proses pendewasaan dalam belajar musik (juga belajar ketrampilan lainnya). Uang tidak bisa membeli keahlian. Guru yang hebat sekalipun jadi sia-sia kalau tidak ada ketekunan. Dan kepuasan di saat kita bisa memainkan sebuah lagu sederhana, ternyata sebuah tabungan "penghargaan diri" bahwa kita ternyata mampu.
Contohnya belajar gitar. Gitar termasuk alat musik yang murah, mudah dimainkan (sederhana). Mungkin kita semua pernah belajar gitar, pertanyaanya: berapa persen yang akhirnya menyerah. Kenapa menyerah, ya setelah kita belajar kunci chord F. Dimana di chord F ini ada posisi "barre" yang menyebabkan sulit jari-jari kita membunyikan gitar. Dimana kita menyerah karena sebuah chord tersebut, gimana gak nyerah, bunyi gitarnya jadi "jambu keluthuk", he..he..
Padahal kalau kita tekun, ya lama2 bisa kok. Ada yang seminggu, sebulan, bertahun-tahun.
Nah, dapat kan poinnyaa: ketekunan.
Jadi kita belajar musik, dengan menghabiskan biaya, waktu , tenaga, menurut saya poin terpenting yang didapat hanya satu : ketekunan.
Dan jadikan ketekunan sebagai modal belajar, laksana air menetes yang menghancurkan batu.
Bila ketemu kesulitan..ingat filosofi kunci F ini...
Semoga.

