Me and HNP.
Sebetulnya penyakit ini sudah lama kurasakan, mungkin 20
tahun yang lalu. Waktu itu lagi ngepel, entah karena gerakan apa, tiba tiba,
ciuttt…ada rasa kesetrum, dan sakit banget di pinggang. Waktu itu aku masih
kuliah, sekitar umur 20 tahun. Nyokap langsung memvonis aku “kecethit” dan
memanggil tukang urut.
Setelah berjalan puluhan tahun, peristiwa kecethit tersebut menjadi sebuah “rutinitas”,
yang tadinya setahun sekali, 6 bulan sekali (2 tahun terakhir). Yang terakhir bahkan serangan
sakit yang amat sangat itu terjadi tiap dua minggu. Karena rasa sakitnya yang luar
biasa, menjalar dari pinggang ke kaki tungkai. Bahkan sampai terkapar tak
berdaya tidak bisa jalan kalau pas ada serangan. Akhirnya berdasarkan informasi
dari sana sini saya menyimpulkan sementara bahwa kena HNP atau syaraf kecepit.
![]() |
| HNP |
Berobat ke Dokter.
Entah kenapa, aku cukup jarang ke dokter. Bukan karena
sehat, tapi justru karena kondisi tubuh yang rumit ini yang bikin males. Aku
punya darah tinggi (dari kecil), asam urat, ginjal lemah, maag. Akibatnya kalau
ke dokter, misalnya sakit lambung, obatnya jadi bejibun. Untuk antisipasi efek negative
obat karena rumitnya kondisi tubuh saya tsb.
Khusus HNP ini nampaknya aku menyerah. Selain ingin
memastikan apa yang terjadi pada tubuh saya. Daftar ke neurology di RS AZRA,
Bogor. Dicek tes “angkat kaki”, dipukul pukul pake palu dan serangkaian
wawancara. Tes rontgen di punggung. Hasil rontgen keluar, dan ada gejala HNP di
lumbal 4/5 karena terlihat sempit. Mengapa gejala? Karena rontgen tidak bisa
mendeteksi HNP secara akurat, hanya MRI yang bisa. MRI tidak ada di RS
tersebut, dan mahal , ga kuat saya kalau bayar itu (3 jutaan).
Minimal saya tahu apa yang terjadi pada tubuh dan pinggang
saya yang seperti kakek kakek ini. Walau menurut saya sih..ehm…cukup gahar
badan saya. Tapi ya itu. HNP membuat orang segagah apapun bertekuk lutut. Kalau
lagi serangan tak tertanggungkan sakitnya. Parah deh…
Dokter menyarankan obat-obatkan dan fisioterapi. Obat obatan terdiri dari pain killer, anti
inflamasi dan suplemen syaraf. Terapi terdiri dari aktif dan pasif. Tapi
mungkin dua hal tersebut akan saya hindari. Kenapa? Biaya, ya biaya. Kalau saya
turuti bisa bisa seluruh anggaran habis buat ngobati pinggang yang kaya pinggang
“Pak Raden ini” (ingat serial Unyil).
Aku Mau Sembuh.
Aku gak mau nyerah. Mencoba memperbaiki dengan semua potensi
yang ada. Mencoba mempelajari dari google, youtube maupun semua jurnal
kesehatan ttg HNP. Memang untuk sembuh jalannya adalah operasi. Tapi sembuh
yang aku harapkan gak muluk kok, bisa cari nafkah untuk keluarga untuk 3 tahun
kedepan. Kenapa 3 tahun, ya demikianlah cara aku berharap, dibatasi oleh waktu
yang mudah-mudahan tidak kemaruk.
Ada beberapa alat yang rencananya aku miliki untuk terapi
mandiri ini :
1.
Matras yoga (rp 100 ribu)...dapat gratis dari kakak aku, thanks mbak.
untuk tidur di lantai, karena kasur yang empuk
adalah musuh besar HNP-er
2.
Sarung tangan (rp 10 ribu)
Untuk modal bergantungan (kaya monyet gitu)
untuk proses decompressi tulang punggung
3.
Biaya tiket kolam renang Rp 30 ribu x 8 = 240
ribu perbulan
Konon renang adalah OR terbaik buat HNP,
selain low impact juga ada proses hyperextension tulang.
4.
Kettler pull up bar (rp 200 ribu), untuk
gantungan di kusen.
5.
Inverter table (Rp 3 juta), untuk proses
extension tulang secara pasif. Konon ini enak banget,sayang mahal.
Dari kesemua alat tersebut, yang belum aku dapatkan adalah
yang ke 5, dan insya Allah mulai nabung untuk tahun depan.
Terapi Mandiri
Yang termasuk terapi mandiri di antaranya :
1.
Gaya
hidup : jaga makan (anti kolesterol), stress (syaraf tegang), olah raga
ringan, kegiatan bela diri , jogging dsj terpaksa distop dahulu. Gak boleh
angkat beban berat, jongkok, duduk sila tidak boleh kelamaan.
2.
Stretching
dan Yoga : hindari gerakan cium lutut , plough, head stand dsj. Perbanyak
gerakan McKenzie (cobra pose) dan menggantung.
3.
Bawa obat-obatan
sejenis pain killer, anti inflamasi dimanapun kita pergi. Kalau ada serangan
langsung diminum sebelum memburuk.
4.
Hindari
kesalahan kesalahan yang umum terjadi kala serangan HNP datang misalnya :
Dipijat di daerah sakit, dikasih balsem (harusnya kasih es) , malah stretching cium
lutut , terlalu banyak berbaring (harus dipaksakan jalan walau pelan pelan
kalau perlu pakai tongkat).
5.
Hindari
kegiatan pemicu serangan HNP, misalnya OR tanpa pemanasan, jongkok,
membungkuk, angkat beban dan loncat-loncat (termasuk penggemar lari dan jogging,
silakan ucapkan selamat tinggal pada kegiatan ini)
Bener bener gak tahu, apakah benar pilihan saya untuk
terapi mandiri ini. Setidaknya saya sudah mencoba dalam kurun waktu 2 minggu
ini. Karena masih terlalu dini, belum tahun hasil sesungguhnya.
Untuk terapi alternative, memang saya belum tertarik.
Takutnya mereka hanya melakukan “block nerve” saja atau “metafisis pain killer”
namun penyebab utamanya belum tertangani.
Ok ciao…lanjut lagi ya nanti kalau sudah ada hasil yang
nyata.
Salam Nyeri ....Aku mau gantungan dulu…auooooo….
Jakarta 24 Mei 2016.
