Selasa, 12 Maret 2019

MONYET

30 tahun yang lalu, masih usia SMA, saya sempat back packer an ke pulau Bali, dan mampir ke namanya Uluwatu. Waktu itu daerah ini belum terlalu banyak terjamah turis, jadi agak lenggang dan nyaman tidak seperti daerah seperti Kuta, Sanur dsj.

Tempatnya indah, damai. Pura Uluwatu juga banyak terdapat monyet-monyet. Yang membuat berkesan, monyetnya jinak jinak, kalem, lucu. Masih malu-malu kucing monyet kalau kita beri makan. Sayang foto waktu itu entah ke mana.

Iseng-iseng setelah waktu puluhan tahun berlalu, lihat lihat youtube, wisatawan yang berada di Uluwatu. Masih tetap indah pemandangannya. Yang menarik, monyetnya sudah beda kelakuannya, udah kaya preman. Suka nyolong handphone, topi, dan barang-barang wisatawan. Untuk gantinya kita harus memberi makan kepada mereka.




Sadarkah kita bahwa sering kita berurusan dengan monyet-monyet, atau mungkin berperilaku seperti monyet tersebut. Bila kita baik sama seseorang, sekali-dua kali biasanya mereka berterimakasih. Lama-lama sudah jadi kewajiban. Trus, lama-lama kebaikan hati tersebut jadi kewajiban, bahkan mereka mengancam kalau kebaikan kewajiban itu terlewat. Pernahkah?

Saat pertama menikah, istri memasakkan makanan yang ala kadarnya pun berbunga-bunga hati. Trus lama-lama jadi kewajiban. trus bila istri tidak memasakkan sehari saja bisa jadi kita marah-marah. Padahal kita tahu, memasak bukan kewajiban istri, itu kebaikan. Demikian juga istri terhadap suami. Anak kepada orang tua, atau karyawan kepada atasannya.

Atau kita manusia kepada Tuhan?

refleksi diri, karena saya adalah monyet-monyet itu.....