Selasa, 07 Mei 2019

Happy Birthday my son.


19 tahun yang lalu kamu lahir anakku, amanah terindah yang Allah berikan kepada kami.

Setelah ibu melewati masa bed rest yang cukup panjang selama hampir 7 bulan,  lahirlah kamu di dunia.  Tangisanmu keras, seakan enggan keluar dari rahim ibu yang damai.  “Semua pengorbanan kalian terbayar”, demikian ucap Eyang Kung kepada aku. Karena ada proses pendarahan di ibumu waktu masa kehamilan, mengakibatkan ibu harus full bed rest. Ayah juga berhenti kerja untuk menjaga ibumu.  Dan semua cobaan itu menjadi tak berarti ketika kamu lahir. Alhamdulillah. (baca : placenta previa)

Aku, ayahmu bukan ayah yang baik. Aku dibesarkan oleh seorang ayah yang sedikit “berbeda”. Beliau, entah kenapa sangat kasar secara verbal dan fisik, dan hanya kepada aku, tidak kepada saudara yang lain.  Walau waktu itu aku masih teramat kecil, namun rasa sakitnya masih terasa sampai sekarang. Ternyata, masih ada residu yang tersisa hingga sekarang (bipolar). Sehingga sebagai aku sebagai ayah (dan juga suami), kadang terbawa kasar dan pemarah, sesuatu yang aku sesali sangat dalam.

Ibumu, walau sangat lembut dan penyayang, juga mendapat contoh yang kurang memadai dari ibunya. Aku tahu betapa ibumu berjuang untuk menjadi ibu yang baik, jatuh dan bangun berulangkali.

Kita, sebagai orang tua memang tidak seberuntung orang tua lain. Yang mendapatkan "raw model" dari orang tuanya sendiri, bagaimana menjadi orang tua. Kita benar benar mulai dari minus untuk menjadi orang tua.

Kamu pernah mengalami delay speech waktu kecil, sd umur 2 tahun belum bisa bicara satu patah kata pun dengan jelas.  Juga mengalami kesulitan pencernaan. Kadang mengingat masa-masa itu aku kagum betapa sabar ibu mu.

Segala yang terjadi ,menjadikan ibumu trauma untuk mempunyai anak lagi. Kami bertekat, mending anak satu tapi kami bisa mencurahkan segenap yang kami punya, apalagi  dengan segala keterbatasan kami. Jadi maafin kalau kamu jadi anak tunggal, maafin kami berdua.

Dan kamu tumbuh menjadi anak yang lucu,riang dan cerdas. Hari hari kamu tumbuh menjadi dewasa adalah hari terindah dalam kehidupan kami berdua. Kami memang jauh dari sempurna, anakku. Kami mungkin sering bertengkar dengan sangat keras. Yah, itu semua memang karena kami sangat bodoh sebagai orang tua, sangat tidak sabaran, dan kadang kadang tidak dewasa. Terutama aku dengan temperamen yang kurang sabaran.  Tapi, Insya Allah aku dan ibu mu sangat menyayangi  satu  sama lain.  

Dan tanpa terasa hari ini kamu sudah berumur 19 tahun, sudah dewasa menurut standar undang-undang. Udah ngekost sendiri, belajar mandiri. Mengambil banyak keputusan sendiri, dan aku sangat bangga dengan itu. Seusiamu, ayah dan ibumu masih ikut orang tua, kamu lebih baik dari kami berdua.

Jangan berpikir, berhutang pada kami orang tuamu. Segala yang kami lakukan adalah kewajiban sebagai orang tua.  Anakku bukan investasi ku.  Kamu adalah manusia utuh dan terhormat yang punya jaman, jalan dan tujuan hidup sendiri. Sejak kamu lahir, justru kami yang berhutang kebahagiaan, kegembiraan dan pelajaran tentang rasa syukur .  Satu-satunya hutangmu, anakku, adalah kepada anak dan keluargamu kelak. Yang harus kamu jaga  kalau perlu dengan jiwa ragamu karena dia amanah dari Allah SWT.

SELAMAT ULANG TAHUN KE 19, ANAKKU.

Ayah,mewakili Ibumu juga.
9 Mei 2019