19 tahun yang lalu kamu lahir anakku, amanah terindah yang
Allah berikan kepada kami.
Setelah ibu melewati masa bed rest yang cukup panjang selama
hampir 7 bulan, lahirlah kamu di dunia. Tangisanmu keras, seakan enggan keluar dari rahim ibu yang damai. “Semua pengorbanan kalian terbayar”, demikian
ucap Eyang Kung kepada aku. Karena ada proses pendarahan di ibumu waktu masa
kehamilan, mengakibatkan ibu harus full bed rest. Ayah juga berhenti kerja
untuk menjaga ibumu. Dan semua cobaan itu
menjadi tak berarti ketika kamu lahir. Alhamdulillah. (baca : placenta previa)
Aku, ayahmu bukan ayah yang baik. Aku dibesarkan oleh
seorang ayah yang sedikit “berbeda”. Beliau, entah kenapa sangat kasar secara verbal
dan fisik, dan hanya kepada aku, tidak kepada saudara yang lain. Walau waktu itu aku masih teramat kecil,
namun rasa sakitnya masih terasa sampai sekarang. Ternyata, masih ada residu
yang tersisa hingga sekarang (bipolar). Sehingga sebagai aku sebagai ayah (dan juga suami),
kadang terbawa kasar dan pemarah, sesuatu yang aku sesali sangat dalam.
Ibumu, walau sangat lembut dan penyayang, juga mendapat
contoh yang kurang memadai dari ibunya. Aku tahu betapa ibumu berjuang untuk
menjadi ibu yang baik, jatuh dan bangun berulangkali.
Kita, sebagai orang tua memang tidak seberuntung orang tua
lain. Yang mendapatkan "raw model" dari orang tuanya sendiri, bagaimana menjadi
orang tua. Kita benar benar mulai dari minus untuk menjadi orang tua.
Kamu pernah mengalami delay speech waktu kecil, sd umur 2
tahun belum bisa bicara satu patah kata pun dengan jelas. Juga mengalami kesulitan pencernaan. Kadang
mengingat masa-masa itu aku kagum betapa sabar ibu mu.
Segala yang terjadi ,menjadikan ibumu trauma untuk mempunyai
anak lagi. Kami bertekat, mending anak satu tapi kami bisa mencurahkan segenap
yang kami punya, apalagi dengan segala
keterbatasan kami. Jadi maafin kalau kamu jadi anak tunggal, maafin kami
berdua.
Dan kamu tumbuh menjadi anak yang lucu,riang dan cerdas.
Hari hari kamu tumbuh menjadi dewasa adalah hari terindah dalam kehidupan kami
berdua. Kami memang jauh dari sempurna, anakku. Kami mungkin sering bertengkar
dengan sangat keras. Yah, itu semua memang karena kami sangat bodoh sebagai
orang tua, sangat tidak sabaran, dan kadang kadang tidak dewasa. Terutama aku
dengan temperamen yang kurang sabaran. Tapi, Insya Allah aku dan ibu mu sangat
menyayangi satu sama lain.
Dan tanpa terasa hari ini kamu sudah berumur 19 tahun, sudah
dewasa menurut standar undang-undang. Udah ngekost sendiri, belajar mandiri.
Mengambil banyak keputusan sendiri, dan aku sangat bangga dengan itu. Seusiamu,
ayah dan ibumu masih ikut orang tua, kamu lebih baik dari kami berdua.
Jangan berpikir, berhutang pada kami orang tuamu. Segala
yang kami lakukan adalah kewajiban sebagai orang tua. Anakku bukan investasi ku. Kamu adalah manusia utuh dan terhormat yang punya jaman, jalan dan tujuan hidup sendiri. Sejak
kamu lahir, justru kami yang berhutang kebahagiaan, kegembiraan dan pelajaran
tentang rasa syukur . Satu-satunya
hutangmu, anakku, adalah kepada anak dan keluargamu kelak. Yang harus kamu
jaga kalau perlu dengan jiwa ragamu
karena dia amanah dari Allah SWT.
SELAMAT ULANG TAHUN KE 19, ANAKKU.
Ayah,mewakili Ibumu juga.
9 Mei 2019
