Senin, 26 Agustus 2019

LAPTOP dan STATUS SOSIAL

Ini menceritakan kisah tentang ART di kantor kecil saya, yang bergaji satu juta perbulan. Dari penghasilannya kita sepakat bahwa kehidupannya termasuk pra sejahtera. Dia, sebut saja bu Enah, single parent, punya anak yang baru masuk SMP. Dengan kehidupan yang bisa dibilang miskin, bahkan untuk beli seragam sekolah saja harus hutang kiri kanan.  Namun anaknya, punya suato obsesi atas suatu barang yang bukan dalam levelnya, yaitu sebuah laptop yang baru.

Sebetulnya, saya pernah memberikan beberapa barang yang sudah tidak terpakai di rumah, beberapa smartphone dan laptop. Tapi namanya barang bekas, laptop itu cukup jadul bahkan batereinya sudah loss jadi harus selalu tertancap di listrik. Tapi menurutku, sudah sangat memadai untuk anak SMP. Bisa belajar word, excel, powerpoint.

Tapi nampaknya belajar bukan prioritas anak itu, jadi ya laptop itu hanya buat main game, ya main game. Word, excel. powerpoint tidak tersentuh. Tapi ya terserah, milik dia mau diapakan.

Jadi benar benar tidak masuk di pikiran saya, bahwa anak tersebut cukup sering "menteror" ibunya untuk membelikan laptop yang baru. Yang batereinya masih joss, jadi bisa dibawa ke sekolah. saya bertanya , kenapa harus dibawa ke sekolah, apalagi di sekolah juga ada laboratorium komputer yang ada laptopnya cukup untuk sekelas (1 laptop berdua). Absurd.

Nampaknya, fungsi laptop dalam hal ini telah bergeser menjadi sarana pengangkat status. Mungkin dengan laptop yang dibawa ke sekolah, pandangan teman teman terhadap status ekonomi dan sosial menjadi berbeda. Karena ibu nya bingung, dan merasa bersalah, maka diputuskan ada rencana untuk mengambil cicilan laptop, sekaligus hutang ke kantor.

Saya tidak berkomentar banyak, cuma mengingatkan bahwa laptop bukanlah prioritas untuk anak SMP. Buku, tas, alat tulis, seragam dan gizi yang layak lebih penting. Tapi nampaknya Ibu itu sudah tidak bisa berpikir jenih. yang penting dapat hutangan , beli laptop. Masalah nanti hidup sehari harinya gimana, pikir nanti

Fenomena ini cukup mengusik hatiku, dan tipikal terjadi pada strata di bawah. Berbeda dengan orang miskin jaman ayah dan ibuku dulu. Jaman sekarang masyarakat miskin sudah sangat konsumtif. Apalagi bisa hutang, cicilan. Gadget gak mau kalah dengan yang mampu (ART tsb 10 thn yg lalu udah punya BB, disaat karyawan masih pakai feature phone). Justru masyarakat miskin yang sangat terpengaruh dengan perilaku konsumtif, mungkin dari TV, sinetron, infotainment, entahlah.

Kalau dulu masyarakat miskin berhutang buat bayar sekolah, sekarang berhutang buat gadget, langganan wifi, pasang AC , cicil motor sport....

Mungkinkah ini yang disebut kemiskinan struktural? Dan demografi kaya - miskin ini tidak bisa berputar kalau kondisinya demikian. So sad.


Kamis, 15 Agustus 2019

MENGATASI KECEMASAN (ANXIETY)


Tulisan ini saya kutip dari paper dari www.strengthstheatre.com , kredit dan hak cipta adalah milik mereka.Sebagai pengantar awal, saya sendiri adalah seorang BIPOLAR. Kecemasan, insomnia, mudah tersinggung adalah bagian hidup saya sehari-hari.  Semoga terjemahan ini bisa bermanfaat buat teman teman ODB maupun siapa saja yang hidupnya terampas oleh kecemasan.

MENGATASI ANXIETY


Kita sering merasa cemas oleh banyak hal, diantaranya masalah keuangan, masalah kesehatan maupun kerja. Tapi kecemasan yang berlebihan dan panjang sangat merusak kesehatan dan stabilitas kejiwaan kita, sangat menderita.  Kita akan mengalami waktu yang sulit, memikirkan sesuatu dengan berat, berulang dan berulang tanpa tahu apa yang bisa dilakukan, bahkan untuk hal yang remeh  (menurut ukuran manusia normal) sekalipun.


Beberapa keadaan yang merupakan ciri ciri dari kecemasan yang tidak sehat adalah:
  • Mengulang suatu pekerjaan berkali kali
  • Khawatir secara berlebihan
  • Merasa lelah
  • Kesulitan untuk berkonsentrasi
  • Sulit untuk mengistirahakan diri/pikiran
  • Mudah tersinggung
  • Insomnia (susah tidur)
  • Menganalisa sesuatu hal dengan terlalu dalam
  • Selalu mengkonfirmasi sesuatu berulang ulang


LALU BAGAIMANA CARANYA ?

Mengatasi kecemasan memang bukan hal mudah, TAPI MUNGKIN. Ya, mungkin asal kita rajin melatih, dengan pemahaman dan teknik yang tepat. Anxiety bukanlah penyakit yang harus disingkirkan, tapi kita kendalikan, ya...KENDALIKAN. Mungkin kita dalam satu atau dua kesempatan,  seakan-akan sudah berhasil mengendalikan kebiasaan ini. Tapi, BOOOM, tanpa sadar kebiasaan yang tidak sehat itu kembali. Kita harus melakukan Setting Ulang pikiran kita agar mengusir kecemasan itu dari hidup kita. Kita ulang dan ulang setting terhadapa pikiran kita hingga membentuk sebuah habit, habit membentuk karakter.

KONSEP DASAR DALAM SETTING ULANG PIKIRAN KITA

  1. ACCEPTANCE - PENERIMAAN
  2. QUESTIONING - MEPERTANYAKAN PADA DIRI KITA
  3. EXSPOSURE - MEMAPARKAN DIRI KITA PADA REALITA
  4. MEDICATION - BEROBAT DAN SUPLEMEN
  5. RELAKSASI - TEKNIK MENGENDURKAN KETEGANGAN
ACCEPTANCE

Belajar menerima bahwa tidak semua pikiran dan kecemasan itu layak dipertimbangkan. Belajar menerima kekurangan kita, belajar menerima bahwa orang lain juga ada kekurangannya. Menerima bahwa hidup itu memang tidak sempurna. Maafkan dan sayangi diri sendiri atas segala yang kurang pada diri kita. Belajar untuk mengabaikan pikiran yang sebetulnya tidak terlalu penting dan membahayakan, ABAIKAN.


QUESTIONING


Hentikan semua pertanyaan yang tidak bermanfaat. Yang akan terjadi pasti terjadi. PERTANYAKAN KEMBALI pertanyaan yang berkecamuk dalam pikiran kita, LAYAKKAH UNTUK DIPERTANYAKAN. Membiarkan pikiran pernuh pertanyaan berulang dan berulang hanya memberi energi pada enxiety kita.

EXPOSURE

paparkan diri kita pada dunia, keluar dari zona nyaman kita. Dengan semakin sering keluar dari zona nyaman artinya kita telah MEMPERLUAS ZONA NYAMAN. Sekali-kali kita abaikan pikiran negatif yang ada, jangan kawatirkan penilaian orang lain. Perlahan lahan akan kita sadari, bahwa orang lain tidak terlalu perduli dengan penilaian terhadap kita. Seandainya ada momen yang memalukan, kikuk, akward, percayalah bahwa sebentar juga terlupakan. Sedikit demi sedikit kita berlatih untuk memupuk percaya diri.

MEDICATION

Apabila kecemasan makin terkendali, pergi ke dokter dan minta pertolongan secara medis. Kondisi otak dan neurotransmitter mungkin ada kekurangan, dan obat bisa membantu.
Selain itu, suplemen bisa membantu : Melatonine (sleep), 5HTP (mood balance), Magnesium calsium dsb. Tentu saja apa yang kita makan, pilihlah yang sehat. "Makanan kita adalah obat kita" begitu kata pepatah.

RELAXATION

Perlu teknik relaksasi, meditasi, yoga. Baca quran setiap malam, sholat malam. Berkumpul dengan orang yang tidak toxic, ya tidak toxic. Saran saya pribadi, hindari lingkungan, teman, kantor dsb yang toxic dan gunakan teknik relaksasi yang anda sukai. Its really works.