Khotbah Jumat Hari ini:
Tema kotbah Jumat hari ini adalah : berprasangka buruk kepada Allah.
Tapi bukan maksud untuk menguraikan isi kandungan kotbah Jumat itu.
Tapi malah pertanyaan:
- Kenapa isi kotbah kok tidak ada yang nyantol
- Kenapa sebelah ku duduk di mesjid mendengkur sangat keras waktu kotbah.
- Kenapa setelah keluar dari jumat semuanya menjadi berlalu begitu saja, yang terpikir makan siang di mana?
- Kenapa garing
- Kenapa tidak berbekas.
Kenapa tahajud ku lebih berbekas dari shalat Jumat, padahal hanya sunah.
KENAPA?
Aku dulu pernah shalat jumat di menteng (mesjidnya lupa) kotbahnya ciamik banget sampai banyak yang meneteskan air mata. Keluar dari masjid hati menjadi "kenyang". Makan siang yang terbayang isi kotbah tersebut. Aku merindukan santapan rohani yang demikian.
Angkot adalah rajanya bogor. Bahkan taxi pun tidak bisa beroperasi karena monopoli ini. Hujan pun kalah. Bogor pun jadi kota angkot.
Kamis, 13 Oktober 2011
Rabu, 11 Mei 2011
Maju mundur
Maju mundur, yah itu perasaan yang lagi saya alamin.
About what? Motorbike? Thats right.
My feeling is collide between my desire for a new motorbike and paranoid feeling that i will loose the bike again.
Two days ago I already decide to buy a new motorbike, a moped one. I already decide to take a leasing system about 3 years credit. But, when my paranoid feeling arise, how if my bike is stolen,etc etc, I feel so hesitate. I imagine I must look after the police (you know Ind Policeman), report, etc and any other birocrasion, it make me become more and more hesitate.
Insurance? Indonesian insurance is always cooperate when make deal for a new contract. And become a very difficult birocration when we make a claim.
So sad. Buy..not buy....buy..not buy....
There is no safe place in this country...
About what? Motorbike? Thats right.
My feeling is collide between my desire for a new motorbike and paranoid feeling that i will loose the bike again.
Two days ago I already decide to buy a new motorbike, a moped one. I already decide to take a leasing system about 3 years credit. But, when my paranoid feeling arise, how if my bike is stolen,etc etc, I feel so hesitate. I imagine I must look after the police (you know Ind Policeman), report, etc and any other birocrasion, it make me become more and more hesitate.
Insurance? Indonesian insurance is always cooperate when make deal for a new contract. And become a very difficult birocration when we make a claim.
So sad. Buy..not buy....buy..not buy....
There is no safe place in this country...
Senin, 09 Mei 2011
Evil inside
Dimana-mana yang kuat menindas yang lemah. Yang banyak menguasai yang sedikit. Yang pinter menipu yang bodo. Itu hukum alamnya.
Dan karena hukum alam itu pula, orang berlomba-lomba menjadi kuat. Mencari yang banyak. Mencari yang pinter. Suka tidak suka kita terhanyut dalam perlombaan itu. Ingat nasihat orang tua dulu: belajar yang pinter agar hidup nyaman. gaji besar dan tidak mudah ditipu orang lain....nah lho...
Apakah selalu demikian?
Ada sebuah cerita. Nenek saya dulu, selalu meminta untuk tiap minggu anak dan cucunya berkunjung. Jujur aja, dulu saya sebal. Senin sampe sabtu capek kuliah dan tugas...eh...minggu pengen istirahat seharian nengokin nenek. Acaranya....bosaaaaan banget. Cerita yang dulu2 (bisa diulang puluhan kali), cerita penyakit, trus nasehatnya panjaaang banget. eneg deh. Mau pulang cepet ga boleh. Tapi waktu protes ke ortu, no hope. Alasannya standard : kasihan, udah sakit-sakitan entar keburu meninggal jadi semua keinginan mesti diturutin.
Coba kalau sehat, belum tentu dia punya power untuk memaksa anak cucunya untuk stay tiap minggu di tempatnya khan.
Lihat aja pengemis dijalanan jakarta. Siapa yang dapat paling banyak. Yang paling cacat, yang paling kecil, yang gendong bayi. Gajinya jutaan bo (puluhan?).
Apa ini yang namanya keadilan Tuhan. Sangsi aku. Lebih dekat kepada sifat licik manusia untuk memanipulasi orang lain. Evil inside tepatnya. Ingat ortu, pas lagi muda apa ancamannya? Awas, tak tempeleng kowe! Lalu pas sakit-sakitan apa ancamannya? Aku mending mati aja..sambil nangis....(inget dulu diancam gt pas gak disetujui nikah)...ha..ha..
Untuk apa tulisan ini? Untuk jadi cermin.Mereka adalah kita 10 tahun lagi . Sehingga bisa menempa diri untuk tidak berlaku sewenang-wenang dalam kondisi kuat. Apalagi lemah.
Apalagi kepada mahluk titipan Tuhan.
Jakarta 10 mei 2011
Belajar dewasa belajar kecewa
Happy birthday son. Ultah yang ke 11. Ia sudah menunggu hari itu, karena rencananya mau beli mainan lego yang sudah diincarnya. Tapi apa mau dikata, ternyata stok di toko habis. Baru bulan depan ada stok lagi.
Hari-hari ini memang terasa berat bagi kita semua. Dimulai dengan motor hilang. Dimulailah rasa tidak aman, paranoid seperti waktu kita di drupada dulu. Jalanan lagi macet gila-gilan. Terasa berat beban sang kepala keluarga.
Sang Ratu keluarga entah kenapa mood jadi ikut suram. Badan sering ga sehat. Tidur, exhausted. Kalau yang ini apa yang dirasakan hanya dia dan Tuhan yang tahu. Rasanya lelah juga untuk menggali apa yang terjadi, kalau ingin disimpan sendiri ya silakan.
Dan, entah kenapa sang eyang yang sebelumnya tidak pernah absen mengucapkan ultah hari itu tidak menelpon sang cucu. Lupa? Pagi-paginya sudah diingatkan anak bungsunya, tapi entah kenapatidak mau/lupa menelpon. Ya sudah. Mungkin lagi banyak pikiran. Mungkin pulsanya habis. Mungkin lagi sakit tenggorokan. Mungkin..
Kita semua sedang belajar untuk kecewa.
Ada kata-kata bijak : selama berurusan dengan manusia, siap-siaplah kecewa.
Hanya Allah yang tidak pernah mengecewakan, karena Dia pasti memberi yang terbaik.
Is it true? Big question. Karena selama ini, saya masih juga kecewa dengan Beliau. Mungkin butuh keimanan seorang sufi untuk memahaminya.
Malamnya anakku sudah bisa ketawa-ketawa. Maen game komputer. Maen facebook. Untuk melupakan kekecewaan. Tapi Shalat tidak pernah lupa. Ah..kenapa aku masih merasa begini. I keep drawning in sorrow...
Anakku, aku harus belajar dari kamu...
I LOVE U SON.
Jakarta 10 Mei 2011, Strukkon office
Hari-hari ini memang terasa berat bagi kita semua. Dimulai dengan motor hilang. Dimulailah rasa tidak aman, paranoid seperti waktu kita di drupada dulu. Jalanan lagi macet gila-gilan. Terasa berat beban sang kepala keluarga.
Sang Ratu keluarga entah kenapa mood jadi ikut suram. Badan sering ga sehat. Tidur, exhausted. Kalau yang ini apa yang dirasakan hanya dia dan Tuhan yang tahu. Rasanya lelah juga untuk menggali apa yang terjadi, kalau ingin disimpan sendiri ya silakan.
Dan, entah kenapa sang eyang yang sebelumnya tidak pernah absen mengucapkan ultah hari itu tidak menelpon sang cucu. Lupa? Pagi-paginya sudah diingatkan anak bungsunya, tapi entah kenapa
Kita semua sedang belajar untuk kecewa.
Ada kata-kata bijak : selama berurusan dengan manusia, siap-siaplah kecewa.
Hanya Allah yang tidak pernah mengecewakan, karena Dia pasti memberi yang terbaik.
Is it true? Big question. Karena selama ini, saya masih juga kecewa dengan Beliau. Mungkin butuh keimanan seorang sufi untuk memahaminya.
Malamnya anakku sudah bisa ketawa-ketawa. Maen game komputer. Maen facebook. Untuk melupakan kekecewaan. Tapi Shalat tidak pernah lupa. Ah..kenapa aku masih merasa begini. I keep drawning in sorrow...
Anakku, aku harus belajar dari kamu...
I LOVE U SON.
Jakarta 10 Mei 2011, Strukkon office
Kamis, 05 Mei 2011
atheis or islam or munafik
ATHEIS or ISLAM or MUNAFIK
Apakah Tuhan Maha Kuasa? Apakah dia Kuasa untuk menciptakan batu yang sangat sangat besar sehingga Dia tak mampu untuk mengangkatnya?
Siapakah yang menciptakan Tuhan?
Kalau benar Tuhan ada mengapa Ia mendiamkan semua kejahatan di muka bumi?
Sebelum kita mencoba menganalisa lebih dalam pertanyaan pertanyaan di atas maka ijinkanlah saya untuk membahas dua buah kerangka berpikir terbesar manusia :
1.Filsafat
2.Agama
Filsafat pada dasarnya adalah cikal bakal ilmu pengetahuan. Sumbernya adalah keraguan, semua harus dibuktikan. Dari filsafatlah lahir segala metode pembuktian ilmiah, penelitian, etika dan logika serta rasio berpikir manusia. Beranak pinak menjadi ilmu kedokteran, fisika, biologi, ekonomi dan hukum. Segala ilmu di atas jelas telah membawa peradaban dan kehidupan yang lebih baik bagi manusia. Teknologi yang paling canggih sekalipun berawal dari fisafat yang sederhana. Singkat kata Otak adalah sumber dari segala konsep berpikir filsafat.
Agama , suka atau tidak suka adalah dogma. Kita meyakini tanpa perlu melihat. Tanpa perlu membuktikan. Keraguan, pembuktian, bahkan ujian ilmiah sangat bertentangan dengan dogma. Memang dalam penjabarannya agama juga membuktikan pembuktian, pemikiran, musyawarah mungkin perdebatan serta logika. Tapi itu untuk detail detailnya, kembangannya. Sedangkan akidah dasarnya adalah dogma yang diyakini secara utuh dan bulat. Singkat kata Iman adalah sumber dari segala konsep berfikir agama.
Jelas kedua hal tersebut adalah sangat bertentangan. Tapi apakah demikian ?
Mungkinkah kedua hal tersebut berdampingan?
Ada kisah anekdot tentang pertentangan kedua hal tersebut:
Suatu ketika rekan engineer yang mendesain sebuah gedung melaporkan hasil perhitungannya pada Boss. Boss yang atheis menanyakan pada si engineer yang benar benar seorang Islam yang taat. “hai engineer, sudah dihitung, bagaimana kuatkah gedung tersebut” kata Boss. Si Engineer menjawab “Insya Allah Pak”. “Lho bagaimana, sudah dihitung belum, kok Insya Allah,jadi engineer yang tanggungjawab dong”
Engineer menjawab “ Lha, semua hitungan itu khan asumsi Pak, code juga asumsi Pak. Saya sudah mendesain dengan maksimum sebagai manusia. Lha kalau Allah menghendaki rubuh saya mau apa Pak.?”
Ingatkan kita pernah belajar tentang Biologi, proses evolusi, proses terjadinya bintang dan alam semesta. Dan teori penciptaan, dimana alam menciptakan dirinya sendiri. Hayo, apakah itu tidak bertentangan dengan agama yang kita yakini? Jujur dulu sih saya apalin aja karena pengen dapat nilai. Tapi apakah sebaiknya nilai Islam yang KAFFAH itu mulai ditanamkan dari kecil. Mengapa kita dididik menjadi munafik dari kecil?
Waktu shalat..khusuk banget. Eh giliran terima amplop sogokan, lupa segala janji sama Allah yang diucapkan waktu shalat. Bahkan mengucap Alhamdulillah.
Waktu puasa rajin banget minta maaf kiri kanan. Tapi kesalahan dia yang mana, dia nggak tahu. Lalu mengapa meminta maaf, dan bagaimana dia mau tidak mengulangi kesalahan lha kesalahan dia aja nggak tahu?
Apakah pertentangan kedua alur berpikir yang dipaksakan ini dari kecil telah membuat kita menjadi manusia munafik? Bukan Islam sejati bukan pula atheis, just in between.
Mau?
Apakah Tuhan Maha Kuasa? Apakah dia Kuasa untuk menciptakan batu yang sangat sangat besar sehingga Dia tak mampu untuk mengangkatnya?
Siapakah yang menciptakan Tuhan?
Kalau benar Tuhan ada mengapa Ia mendiamkan semua kejahatan di muka bumi?
Sebelum kita mencoba menganalisa lebih dalam pertanyaan pertanyaan di atas maka ijinkanlah saya untuk membahas dua buah kerangka berpikir terbesar manusia :
1.Filsafat
2.Agama
Filsafat pada dasarnya adalah cikal bakal ilmu pengetahuan. Sumbernya adalah keraguan, semua harus dibuktikan. Dari filsafatlah lahir segala metode pembuktian ilmiah, penelitian, etika dan logika serta rasio berpikir manusia. Beranak pinak menjadi ilmu kedokteran, fisika, biologi, ekonomi dan hukum. Segala ilmu di atas jelas telah membawa peradaban dan kehidupan yang lebih baik bagi manusia. Teknologi yang paling canggih sekalipun berawal dari fisafat yang sederhana. Singkat kata Otak adalah sumber dari segala konsep berpikir filsafat.
Agama , suka atau tidak suka adalah dogma. Kita meyakini tanpa perlu melihat. Tanpa perlu membuktikan. Keraguan, pembuktian, bahkan ujian ilmiah sangat bertentangan dengan dogma. Memang dalam penjabarannya agama juga membuktikan pembuktian, pemikiran, musyawarah mungkin perdebatan serta logika. Tapi itu untuk detail detailnya, kembangannya. Sedangkan akidah dasarnya adalah dogma yang diyakini secara utuh dan bulat. Singkat kata Iman adalah sumber dari segala konsep berfikir agama.
Jelas kedua hal tersebut adalah sangat bertentangan. Tapi apakah demikian ?
Mungkinkah kedua hal tersebut berdampingan?
Ada kisah anekdot tentang pertentangan kedua hal tersebut:
Suatu ketika rekan engineer yang mendesain sebuah gedung melaporkan hasil perhitungannya pada Boss. Boss yang atheis menanyakan pada si engineer yang benar benar seorang Islam yang taat. “hai engineer, sudah dihitung, bagaimana kuatkah gedung tersebut” kata Boss. Si Engineer menjawab “Insya Allah Pak”. “Lho bagaimana, sudah dihitung belum, kok Insya Allah,jadi engineer yang tanggungjawab dong”
Engineer menjawab “ Lha, semua hitungan itu khan asumsi Pak, code juga asumsi Pak. Saya sudah mendesain dengan maksimum sebagai manusia. Lha kalau Allah menghendaki rubuh saya mau apa Pak.?”
Ingatkan kita pernah belajar tentang Biologi, proses evolusi, proses terjadinya bintang dan alam semesta. Dan teori penciptaan, dimana alam menciptakan dirinya sendiri. Hayo, apakah itu tidak bertentangan dengan agama yang kita yakini? Jujur dulu sih saya apalin aja karena pengen dapat nilai. Tapi apakah sebaiknya nilai Islam yang KAFFAH itu mulai ditanamkan dari kecil. Mengapa kita dididik menjadi munafik dari kecil?
Waktu shalat..khusuk banget. Eh giliran terima amplop sogokan, lupa segala janji sama Allah yang diucapkan waktu shalat. Bahkan mengucap Alhamdulillah.
Waktu puasa rajin banget minta maaf kiri kanan. Tapi kesalahan dia yang mana, dia nggak tahu. Lalu mengapa meminta maaf, dan bagaimana dia mau tidak mengulangi kesalahan lha kesalahan dia aja nggak tahu?
Apakah pertentangan kedua alur berpikir yang dipaksakan ini dari kecil telah membuat kita menjadi manusia munafik? Bukan Islam sejati bukan pula atheis, just in between.
Mau?
Rabu, 04 Mei 2011
Sajak Seorang Tua Untuk Isterinya - WS Rendra
Sajak Seorang Tua Untuk Isterinya
Oleh : W.S. Rendra
Aku tulis sajak ini
untuk menghibur hatimu
Sementara kau kenangkan encokmu
kenangkanlah pula masa remaja kita yang gemilang
Dan juga masa depan kita
yang hampir rampung
dan dengan lega akan kita lunaskan.
Kita tidaklah sendiri
dan terasing dengan nasib kita
Kerna soalnya adalah hukum sejarah kehidupan.
Suka duka kita bukanlah istimewa
kerna setiap orang mengalaminya.
Hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh
Hidup adalah untuk mengolah hidup
bekerja membalik tanah
memasuki rahasia langit dan samodra,
serta mencipta dan mengukir dunia.
Kita menyandang tugas,
kerna tugas adalah tugas.
Bukannya demi sorga atau neraka.
Tetapi demi kehormatan seorang manusia.
Kerna sesungguhnyalah kita bukan debu
meski kita telah reyot, tua renta dan kelabu.
Kita adalah kepribadian
dan harga kita adalah kehormatan kita.
Tolehlah lagi ke belakang
ke masa silam yang tak seorangpun kuasa menghapusnya.
Lihatlah betapa tahun-tahun kita penuh warna.
Sembilan puluh tahun yang dibelai napas kita.
Sembilan puluh tahun yang selalu bangkit
melewatkan tahun-tahun lama yang porak poranda.
Dan kenangkanlah pula
bagaimana kita dahulu tersenyum senantiasa
menghadapi langit dan bumi, dan juga nasib kita.
Kita tersenyum bukanlah kerna bersandiwara.
Bukan kerna senyuman adalah suatu kedok.
Tetapi kerna senyuman adalah suatu sikap.
Sikap kita untuk Tuhan, manusia sesama,
nasib, dan kehidupan.
Lihatlah! Sembilan puluh tahun penuh warna
Kenangkanlah bahwa kita telah selalu menolak menjadi koma.
Kita menjadi goyah dan bongkok
kerna usia nampaknya lebih kuat dari kita
tetapi bukan kerna kita telah terkalahkan.
Aku tulis sajak ini
untuk menghibur hatimu
Sementara kaukenangkan encokmu
kenangkanlah pula
bahwa kita ditantang seratus dewa.
Oleh : W.S. Rendra
Aku tulis sajak ini
untuk menghibur hatimu
Sementara kau kenangkan encokmu
kenangkanlah pula masa remaja kita yang gemilang
Dan juga masa depan kita
yang hampir rampung
dan dengan lega akan kita lunaskan.
Kita tidaklah sendiri
dan terasing dengan nasib kita
Kerna soalnya adalah hukum sejarah kehidupan.
Suka duka kita bukanlah istimewa
kerna setiap orang mengalaminya.
Hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh
Hidup adalah untuk mengolah hidup
bekerja membalik tanah
memasuki rahasia langit dan samodra,
serta mencipta dan mengukir dunia.
Kita menyandang tugas,
kerna tugas adalah tugas.
Bukannya demi sorga atau neraka.
Tetapi demi kehormatan seorang manusia.
Kerna sesungguhnyalah kita bukan debu
meski kita telah reyot, tua renta dan kelabu.
Kita adalah kepribadian
dan harga kita adalah kehormatan kita.
Tolehlah lagi ke belakang
ke masa silam yang tak seorangpun kuasa menghapusnya.
Lihatlah betapa tahun-tahun kita penuh warna.
Sembilan puluh tahun yang dibelai napas kita.
Sembilan puluh tahun yang selalu bangkit
melewatkan tahun-tahun lama yang porak poranda.
Dan kenangkanlah pula
bagaimana kita dahulu tersenyum senantiasa
menghadapi langit dan bumi, dan juga nasib kita.
Kita tersenyum bukanlah kerna bersandiwara.
Bukan kerna senyuman adalah suatu kedok.
Tetapi kerna senyuman adalah suatu sikap.
Sikap kita untuk Tuhan, manusia sesama,
nasib, dan kehidupan.
Lihatlah! Sembilan puluh tahun penuh warna
Kenangkanlah bahwa kita telah selalu menolak menjadi koma.
Kita menjadi goyah dan bongkok
kerna usia nampaknya lebih kuat dari kita
tetapi bukan kerna kita telah terkalahkan.
Aku tulis sajak ini
untuk menghibur hatimu
Sementara kaukenangkan encokmu
kenangkanlah pula
bahwa kita ditantang seratus dewa.
Angkot vs Motor
ANGKOT VS MOTOR
Pemikiran sesuai judul dimulai tepatnya setelah kejadian 4 April 2011, motor ku ilang diembat maling. Damn!! Tapi mo gimana lagi, show must go on. Berangkat gawe jadi harus lebih awal, lebih pagi, jam 5 kurang boo..sudah menyusuri pagi yang dingin dari Bogor menuju Jakarta. Berdiri membatu di samping jalan menunggu angkot 08a yang lewat. Setelah di dalam angkot masih meratap pada pak supir...”Pak, please jangan ngetem ya...”.
Sangat terasa bedanya dengan waktu masih ada motor. Tinggal greng ngebut trus parkir di terminal Bus baranangsiang. Tidak pernah telat sampe kantor. Mantap. Sekarang....agak sering telat, sambil cengar cengir tentunya.
Let them gone by gone. Ya udah. Entah bagaimana nasib motor tiger kesayanganku sekarang, udah dimodifkah, udah diporotolinkan sama maling kundang jahanam. Karepmu. Yang pasti angkot hijau ndeso serasa makin akrab dan akrab dalam hidupku.
Kembali ke judul di atas, Angkot vs Motor .Judul di atas tidak adil, tidak fair, tidak apple to apple. Ya terang enak motor lah. Sama aja bandingin rumah sendiri vs kontrakan, atau Kerja vs Pengangguran. Yang satunya punya pilihan, satunya pilihan cuma itu thok. Tapi ya biar, biar menarik. Kebohongan publik sedikit ga papa lah. Masak dibohongin terus.
Satu kesimpulan sudah diambil.
Tapi apakah benar,nanti dulu. Ini namanya pemberitaan tidak berimbang. Biar imbang maka akan diulas enaknya naik angkot dibanding naik motor sendiri:
1.Gak usah mikir servis, nyuci motor, bayar pajak.
2.Jadi lebih rajin stay at home, jarang jajan , jalan jalan, lebih hemat
3.gak takut ilang motor (ya udah ilang je...)
4.Badan lebih flexibel mengingat di angkot terpaksa melipat badanku yang bongsor ini.
5.Kalau ujan ga kehujanan, kalau angkot mogok tinggal ganti yang lain...enak khan.
6.Belajar mengenal berbagai macam manusia dari yang bening sampe ndesone poll.
Kira kira begitu dulu pengalamnan 1 bulan ber angkot ria di bogor.
Pemikiran sesuai judul dimulai tepatnya setelah kejadian 4 April 2011, motor ku ilang diembat maling. Damn!! Tapi mo gimana lagi, show must go on. Berangkat gawe jadi harus lebih awal, lebih pagi, jam 5 kurang boo..sudah menyusuri pagi yang dingin dari Bogor menuju Jakarta. Berdiri membatu di samping jalan menunggu angkot 08a yang lewat. Setelah di dalam angkot masih meratap pada pak supir...”Pak, please jangan ngetem ya...”.
Sangat terasa bedanya dengan waktu masih ada motor. Tinggal greng ngebut trus parkir di terminal Bus baranangsiang. Tidak pernah telat sampe kantor. Mantap. Sekarang....agak sering telat, sambil cengar cengir tentunya.
Let them gone by gone. Ya udah. Entah bagaimana nasib motor tiger kesayanganku sekarang, udah dimodifkah, udah diporotolinkan sama maling kundang jahanam. Karepmu. Yang pasti angkot hijau ndeso serasa makin akrab dan akrab dalam hidupku.
Kembali ke judul di atas, Angkot vs Motor .Judul di atas tidak adil, tidak fair, tidak apple to apple. Ya terang enak motor lah. Sama aja bandingin rumah sendiri vs kontrakan, atau Kerja vs Pengangguran. Yang satunya punya pilihan, satunya pilihan cuma itu thok. Tapi ya biar, biar menarik. Kebohongan publik sedikit ga papa lah. Masak dibohongin terus.
Satu kesimpulan sudah diambil.
Tapi apakah benar,nanti dulu. Ini namanya pemberitaan tidak berimbang. Biar imbang maka akan diulas enaknya naik angkot dibanding naik motor sendiri:
1.Gak usah mikir servis, nyuci motor, bayar pajak.
2.Jadi lebih rajin stay at home, jarang jajan , jalan jalan, lebih hemat
3.gak takut ilang motor (ya udah ilang je...)
4.Badan lebih flexibel mengingat di angkot terpaksa melipat badanku yang bongsor ini.
5.Kalau ujan ga kehujanan, kalau angkot mogok tinggal ganti yang lain...enak khan.
6.Belajar mengenal berbagai macam manusia dari yang bening sampe ndesone poll.
Kira kira begitu dulu pengalamnan 1 bulan ber angkot ria di bogor.
Langganan:
Komentar (Atom)
