Senin, 09 Mei 2011

Belajar dewasa belajar kecewa

Happy birthday son. Ultah yang ke 11. Ia sudah menunggu hari itu, karena rencananya mau beli mainan lego yang sudah diincarnya. Tapi apa mau dikata, ternyata stok di toko habis. Baru bulan depan ada stok lagi.

Hari-hari ini memang terasa berat bagi kita semua. Dimulai dengan motor hilang. Dimulailah rasa tidak aman, paranoid seperti waktu kita di drupada dulu. Jalanan lagi macet gila-gilan. Terasa berat beban sang kepala keluarga.
Sang Ratu keluarga entah kenapa mood jadi ikut suram. Badan sering ga sehat. Tidur, exhausted. Kalau yang ini apa yang dirasakan hanya dia dan Tuhan yang tahu. Rasanya lelah juga untuk menggali apa yang terjadi, kalau ingin disimpan sendiri ya silakan.

Dan, entah kenapa sang eyang yang sebelumnya tidak pernah absen mengucapkan ultah hari itu tidak menelpon sang cucu. Lupa? Pagi-paginya sudah diingatkan anak bungsunya, tapi entah kenapa tidak mau/lupa menelpon. Ya sudah. Mungkin lagi banyak pikiran. Mungkin pulsanya habis. Mungkin lagi sakit tenggorokan. Mungkin..

Kita semua sedang belajar untuk kecewa.

Ada kata-kata bijak : selama berurusan dengan manusia, siap-siaplah kecewa.
Hanya Allah yang tidak pernah mengecewakan, karena Dia pasti memberi yang terbaik.
Is it true? Big question. Karena selama ini, saya masih juga kecewa dengan Beliau. Mungkin butuh keimanan seorang sufi untuk memahaminya.

Malamnya anakku sudah bisa ketawa-ketawa. Maen game komputer. Maen facebook. Untuk melupakan kekecewaan. Tapi Shalat tidak pernah lupa. Ah..kenapa aku masih merasa begini. I keep drawning in sorrow...

Anakku, aku harus belajar dari kamu...

I LOVE U SON.
Jakarta 10 Mei 2011, Strukkon office