Hari itu aku mengenang sebagai hari tersedih dalam hidupku.
Bahkan aku tidak kuasa menceritakan yang terjadi. Dan semua itu terjadi karena
sifat marah dan kasarku.
Mestinya aku
bersyukur diberi Tuhan istri yang penyabar dan anak yang penurut. Namun sungguh
bisa dipahami bahwa kesabaran mereka pun ada batasnya, kasarku sudah melampaui
batas.
Istriku sering bertanya,Ayah aku yakin kamu menyayangi kami
tapi kenapa saat engkau marah seakan kami adalah musuh kami? Yang ingin kamu
hancurkan?
Hari itu entah kenapa egoku yang biasanya sangat kuat dan
sombong hancur. Aku telah menjadi monster bagi orang yang kusayangi .Betapa aku
telah mengkufuri nikmat Allah, masih pantaskah aku mengaku pecinta Mu?
Sebetulnya aku sudah menyadari keberadaan setan dalam diriku
tersebut. Bahkan aku lebih mempercayai istriku dari diriku sendiri. Semoga
Allah mengampuni, dulu aku sering memohon agar sesegera mungkin diakhiri hidupku
sebelum aku menyakiti orang tersayang di sekitarku. Sungguh!
Sebetulnya sifat ini adalah sifat ayahku, dan masa kecil
sangat penuh dendam karena ini. Jujur saja, aku benci beliau. Tapi benar adanya, kita tak boleh membenci
sesuatu, karena lambat laun akan menyerupai yang kita benci.
Setan yang berwujud anger inside sebetulnya sudah banyak
menimbulkan masalah dalam hidupku. Tapi aku memang keras kepala. Hingga
akhirnya aku menjelma menjadi monster dalam keluargaku sendiri.
Tapi lagi lagi istriku yang berhati malaikat merengkuh
marahku, sedihku dan keputus asaan atas sifatku ini. Dengan kelembutan selalu
menerima dan menolong diriku dari lubang setan jahanam ini. Aku ingin jadi
orang sabar ya Allah!
Bantu aku Allah, sang penguasa hati manusia.
Sang Maha pembolak balik hati manusia.
KepadaMu aku bersandar dan mohon pertolongan.
Tuhan ,aku bertobat.
Tuhan aku mengemis padaMU
Jakarta 14 Desember 2016.
