Senin, 04 September 2017

PLASENTA PREVIA ......Bed Rest selama Hamil........

Tulisan ini sebetulnya adalah hutang yg belum terbayar. Dengan tulisan ini, semoga niat baik yg terlupakan untuk membagi kisah kami. Cukup lama sebetulnya, hampir 18 tahun. Anak kami sdh tumbuh sehat walafiat dan cerdas. Walau waktu berlalu cukup lama, namun cerita ini terpatri dalam ingatan kami.

Flashback.........(dari sudut pandang suami/calon ayah 18 thn yg lalu)

18 thn yg lalu, setelah mengalami keguguran, dan penantian, akhirnya istriku hamil. Sangat bahagia  namun juga ada kawatir mengingat kejadian sebelumnya yg kami alami.
Singkat cerita, dalam usia hamil kurang lebih 2 bulan, saat di toilet  istriku pendarahan. Ya Allah, darahnya sangat banyak shg aku berpikir bhw kehamilan tsb tidak bisa diselamatkan. Kami ke rs dan dibawa ke rs azra bogor. Dokter yg menangani adalah dr Surya Chandra yg sangat baik hati. Sungguh beruntung Allah menghadirkan dokter yg sangat tenang dan simpatik ini.
Dokter menyatakan bhw kandungan masih bisa diselamatkan, dan semua ini terjadi karena plasenta yg letaknya di bawah atau disebut plasenta previa. Normalnya plasenta bergerak dan terletak di sisi samping atau atas, shg tidak menghalangi jalan lahir.
Akhirnya kami simpulkan bhw harus bedrest, dan mengurangi posisi horisontal. Terbayang masih ada 7 bulan lagi yg harus kami jalani. Kuatkah istriku? Trus siapa yg merawat, tidak punya pembantu dan jauh dari orang tua. Berbagai pertanyaan muncul. Dan akhirnya nalarku yg ambil alih keputusan, aku berhenti kerja, istriku bed rest. Tidak ada pilihan lain. Dan dimulaikah era baru perjalanan bed rest istri selama 7 bulan.
Menjalani 7 bulan bedrest, bagi kami terasa gamang. Orangtua jauh tdk bisa kita mintai tolong, tidak punya pembantu krn kami dari keluarga pas pasan. Bahkan kasur kami pinjam, karena kasur yang kami miliki springbed murahan yang pernya tajam, sakit di punggung. Kami pinjam kasur lateks yg bisa tidak menyakiti punggung. Umtuk mandi harus disediakan kursi sehingga istriku tidak perlu berdiri terlalu lama. Makan di kasur, nonton tv, semua kegiatan dilakukan sambil berbaring.


Istriku sangat tabah menjalani bed rest, walau kadang terasa lelah dan jemu menyerang. Seminggu sekali aku pijat punggung istriku agar tidak terlalu pegal. Berkat menunggui istriku  aku jadi belajar masak. Walau kadang masih malu untuk berkerumun dengan ibu ibu tetangga mengerubuti tukang sayur.

Istriku awalnya sempat menangis, sedih karena aku harus berhenti kerja. Tapi semuanya kita jalani dengan (terpaksa) ikhlas :). Dan sungguh, ini adalah moment "indah" kita karena kita jadi merasa saling memiliki satu sama lain, saling menguatkan dan memberi kekuatan.
Demikianlah waktu berjalan. Untung istriku suka masakanku, walau cuma telor ceplok dan tempe goreng. Kadang kita pesen pizza. Ngaji. Merenda.Nonton sinetron. Intinya kita bersama menjalani hari demi hari. Sungguh berat menjadi ibu, pantas nabi menempatkan seorang ibu tiga derajat di atas seorang ayah.

Selama kurun waktu bed rest, istriku sempat diopname karena tensinya tinggi. Alhamdulillah 3 hari dirawat diperbolehkan pulang.
Menjelang minggu ke 38, saat kelahiran kita mempersiapkan diri. Operasi caesar karena memang itu yg bisa dijalani seorang placenta previa dalam proses kelahiran . Alhamdulillah, anak kita lahir tanpa kurang sesuatu apa.

Berikut sedikit tips bagi mereka yang Plasenta Previa :

  • Hindari semua makanan yg terlalu asin, pedas, berbumbu karena bisa berpengaruh terhadap kehamilan. masak sendiri biar higienis.
  • Usahakan tiap hari makan buah,pepaya kalau bisa sehingga tidak perlu mengedan waktu buang air.
  • Ada seseorang yang menjaga selama 24/7 karena namanya pendarahan bisa seiap saat terjadi.
  • Jaga kesehatan, hindari kontak dengan orang2 yang flu dan sejenisnya.
  • Beri kasur yang berkualitas (latex asli), karena bed rest berbulan2 bisa berpengaruh pada tulang punggung.
  • Musuh utama adalah kebosanan, sehingga harus dicari kegiatan yang variatif.
  • Finansial mesti dipersiapkan, terutama bila suami harus tidak kerja. Kelahiran dengan caesar membutuhkan biaya yang lebih besar daripada kelahiran normal.
  • Semangat harus tetap dijaga.


Hikmah yang kita jalani, memang butuh kesabaran. Dukungan suami atau keluarga, sangat diperlukan. Berbagi penderitaan lah. Bayangkan betapa berat beban derita seorang calon ibu, terutama bila ada placenta previa.  Setidaknya dengan suami mendampingi, beban ujian sedikit terkurangi.

Setelah kelahiran, butuh perawatan fisik yang cukup lama. Selain karena operasi caesar, juga terbaring selama 7 bulan dipastikan fisik dan otot sangat terpengaruh. Bahkan untuk sholat berdiri, pertama-tama ruku aja tidak sanggup, setelah sebelumnya 7 bulan shalat dilakukan sambil tidur.

Kita manusia memang tidak bisa menghindari ujian, dan cobaan yang seringkali berupa penderitaan. Yang bisa kita lakukan hanyalah memberi makna dalam setiap cobaan tersebut.

Semoga tulisan ini bermanfaat buat para calon ibu dan calon ayah yang mengalami placenta previa.

Bogor, September 2017

Senin, 15 Mei 2017

UTANG...lagi-lagi...UTANG...

Kalau yang generasi jadul pasti ingat lagu dari Nicky Astria...Uang...lagi-lagi.,..Utang eh Uang...he..he..

Utang ini maslah pelik. Dari hancurnya persaudaraan, pembunuhan, anak gadisnya dijual, bahkan anak yang menuntut ibunya sendiri di pengadilan...ya itu semua karena utang.
Sebetulnya Utang ini bukan jadi masalah, asal dibayar. Masalahnya sebagian besar pengutang memang niatnya gak bayar. Nggak tahu sebagian besar atau sebagian kecil.

Dan kalau ditagih...bukan rahasia lagi memang kalau yg punya utang bisa lebih galak dari yang ngutangin. Makanya saya pribadi selalu hati-hati kalau ada yang utang, bahkan kalau nilainya relatif kecil mending dikasih aja, daripada sakit ati, karena memang dari wajahnya udah keliatan gak niat nglunasin. Yang lebih bikin sakit ati tuh, kadang mereka gak bayar utang bukan karena nggak punya, tapi memang tabiatnya. Bahkan masih memamerkan gaya hidup yang lebih mewah dari kita. Pahit nggak tuh. Kita capek2 nabung, hemat...eh diutangin sama orang semacam social climber kayak gitu.

Ada cerita2 tentang utang, yang berdasarkan pengalaman saya pribadi dan orang orang di sekitar kita.

Bantuan jadi hutang

Ceritanya kita memberi bantuan tiap bulan, untuk pendidikan. Nggak seberapa sih nilanya, karena memang untuk keperluan sekolah SD. Nah..ibunya meminjam uang yang cukup besar nilainya dengan alasan tertentu. Trus bayarnya katanya dengan dicicil dari sumbangan yang AKAN kami berikan tiap bulan. Jadi sumbangan kita tiap bulan, akan digunakan sebagai cicilan utang ibu tsb. Akhirnya dengan berat hati kita putus sumbangan tersebut, karena jadi tidak sampai ke anaknya sebagai bantuan pendidikan. Lucu ya, sumbangan yang akan diberikan sdh diklaim miliknya, yg akan digunakan untuk bayar hutang..wkwkwkw...


Pinjam cuma seminggu

Ini mah standar kalau ada yang pinjam dengan nilai yang cukup besar. Triknya : bilang aja ada uangnya, tapi baru minggu depan. Trus kalau dia mau artinya ngibul banget. Lha kalau minggu depan udh bisa bayar utang, ngapain juga minggu depan mau utang lagi...wwkwkwk




Doain jelek dan ancaman doa

Ini terjadi di kantorku, ada petugas parkir yang utang anaknya untuk sekolah, maupun alasan sakit. Trus begitu ditolak keluar ancaman : "Kalau ada apa apa sama anak saya, kalian tanggung jawab"..wkk..anake sopo kok aku seng ngragati...
Atau kalau nggak "Kalau bapak bilang nggak ada, saya doain nggak ada bener lho..."

Play Victim or Strike First
Kalau sudah waktu ditagih....bisa lebih galak mereka....STRIKE FIRST!!  he..he..kaya KRAV MAGA ya...mungkinkah mereka belajar dari sana :)
Or Play Victim, "Halah utang seuprit gini aja ditagih, dholim banget lu, Bakhil lu..."


Jujur dulu, Ngibul belakangan

Mungkin pengemplang seperti ini belajar ilmu boxing ya, beri pukulan2 fake di depan, trus mendaratkan pukulan hook keras di pukulan ke2 or ke 3..he..he..
Ya begitulah, biasanya utang pertama lancar bayarannya, bahkan diberi semacam share/bagi hasil. Trus utang lagi yang kedua, masih lancar...targetnya hilang waspada pemberi hutang. Yang ke3 biasanya hutang dalam jumlah besar trus.......BABLAS.....he..he..
Trik ini juga sering dipakai oleh pelaku money game....

Demikianlah Kira Kira....







Minggu, 14 Mei 2017

GEMPA YANG TAK KUNJUNG DATANG

Judulnya sangat provokatif, maafkan. Tapi, sejujurnya, para pakar struktur bangunan tahan gempa, mempunyai “harapan terpendam” untuk terjadinya gempa di kota Jakarta. Ada seorang pakar bangunan  tahan gempa, yang kini sudah almarhum, yang mengutarakan dalam rapat internal yang saya ikuti, bahwasanya beliau menginginkan gempa yang cukup besar terjadi di Jakarta. Lho, kok..

Iya benar, karena dengan gempa tersebut, akan membuktikan ketahanan gedung yang kami  desain. Dan  gedung gedung yang didesain oleh insinyur yang mengklaim desainnya hemat, irit dan eknomis tidak akan bertahan. Memang, untuk desain gedung yang didesain yang tahan gempa, diklaim boros, sesuatu yang sangat menyakitkan para engineer idealis.
Bila kita kaitkan ketahanan gedung terhadap gempa di Jakarta, maka akan terkait langsung dengan Peraturan Gempa yang berlaku, dan team pemeriksa yang sering disebut TPKB.  Ada beberapa fakta menarik tentang kedua hal tersebut.
  •   Di Jakarta, yang ketat pengawasan terhadap peraturan gempa hanya bangunan high rise. Sedangkan untuk bangunan low rise, seperti ruko dsj, sangat diragukan bahwa sudah didesain sesuai peraturaan  gempa yang berlaku.
  •  Peraturan gempa yang digunakan yaitu tahun 1989, tahun 2002, dan tahun 2012 dengan besarnya gempa nominal yang disyaratkan bertambah besar tahun demi tahun (secara umum). Jadi bangunan tahun 90-an, bisa jadi secara peraturan yang sekarang berlaku, menjadi bangunan yang tidak memenuhi syarat tahan gempa. Ironis bukan…
  •  Walau sudah didesain thd gempa, bukan berarti pasti gedung tsb tahan gempa, karena PELAKSANAAN yang menyimpang sangat lazim terjadi di Negara kita, apalagi tanpa pengawasan yang ketat. Dengan dalih, penghematan (value engineering), maupun korupsi.
Kalau memang keadaan begitu kurang baik, mengapa aman aman saja tuh, gedung gak pernah rubuh akibat gempa di Jakarta, iya khan. He..he.. benar juga sih, tapi mungkin ada beberapa yang menjadi penyelamat keadaan tersebut.
  •   Peraturan gempa untuk Jakarta tahun 2012, menyaratkan ketahanan gedung terhadap gempa kurang lebih sebesar7- 8 skala Richter(SR), dimana di Jakarta gempa yang pernah terjadi maksimal sebesar 4 SR (gempa tasikmalaya 2009). Jadi memang belum pernah terjadi gempa yang mendekati peraturan, sangat jauh memang .Artinya memang standar ketahanan gempa menurut peraturan sangat tinggi, jadi sangat tidak ekonomis untuk bangunan low rise. Mungkin pertimbangannya adalah status Jakarta yang ibu kota RI.
  •  Jakarta tidak ada episentrum gempa yang potensial, yang artinya semua gempa yang akan dirasakan di Jakarta adalah gempa kiriman. Jadi seandainya terjadi gempa kiriman sebesar 7 SR di Jakarta (sesuai peraturan) maka bisa dibayangkan berapa besar gempa dan kehancuran di area episentrum tsb. Apakah berarti standar gempa di Jakarta terlalu tinggi, pertanyaan yang bukan kompetensi saya. (Walau dalam hati bertanya2)


Trus kesimpulannya gimana dong, khan kantor saya (ruko) nggak tahan gempa, apakah saya harus nyantai dengan keadaan tersebut, toh gempa sebesar peraturan jarang terjadi. Atau harus kawatir dan segera melakukan perkuatan supaya gedung saya tahan gempa.


Itu pertanyaan yang sampai sekarang saya belum menemukan jawabannya. Dan marilah kita berdoa agar harapan para pakar gempa bahwa terjadi gempa besar , untuk membuktikan desain mereka, TIDAK PERLU TERJADI.

Selasa, 09 Mei 2017

Miskin=Mahal

Hidup di Jakarta ini, memang unik. Kenapa? Karena ada fenomena dimana orang miskin malah hidup secara mahal, lebih mahal daripada orang menengah atau kaya. Tentunya sistem perbandingannya harus apple to apple. Misalnya, kita bandingkan transport naik angkot, dibandingkan dengan naik alphard, itu tidak apple to apple karena faktor kenyamanan yang berbeda.

Sebetulnya cerita ini terinspirasi oleh OB di kantor saya, dimana dia selalu bercerita betapa besar biaya hidup diantaranya (berdasr ceritanya lho ini..belum konfirmasi kebenarannya), minta surat di kelurahan disuruh bayar, surat KJP kena pungli, bahkan info terakhir untuk mengurus surat rumah (yg masuk gang) dari girik menjadi sertifikat, dia telah berhutang 100 juta! Itupun belum beres sampai sekarang.

Pertanyaannya Why?

1. Hukum Rimba kenyataanya masih berlaku, cuma adu kuatnya diganti adu pintar.
2. Minder. Rasa minder ini membuat mereka malu nawar, malu tanya ntar dibilang miskin.
3. Gaptek. karena semestinya teknologi membuat sesuatu jadi murah.
4. Pendidikan. makin rendah pendidikan, pemahamaman ttg hak hak sebagai warga negara.
5. No Plan B. standar kaum tak terdidik.

Contoh real:

  • Habis beli smartphone bekas, karena takut kalau baru mahal. Namun yang terjadi malah bekas yang harganya sama dengan yang baru.
  • Naik ojek pangkalan yang relatif mahal, karena naik online gak mudheng.
  • Beli barang secara eceran, yang notabebne jadi mahal. (beli gula 1/4 kg, beli minyak 1/4 liter)
  • Kemana mana naik angkot, yang kalau punya motor bisa lebih murah.
  • Suka dikibulin pak rt or lurah, minta surat pasti disuruh bayar, tanpa tahu bahwa dia berhak dapat secara gratis.
  • Cari makan yang murah, walaupun very toxic, sehingga secara jangka panjang malah bikin penyakit, jadi mahal kan.
  • Cari sekolah ke negeri, NEM gak sampai, jadinya ke sekolah swasta yang lebih mahal.
Demikian, mungkin ada yang mau nambahin?

Senin, 10 April 2017

DAYADHVAM HEART.....

Saya mengenal beliau sekedar hubungan antara menantu dan mertua.  Saya pribadi tidak terlalu suka hormat kepada orang tua hanya karena usia, saya hanya hormat kepada orang yang layak untuk dihormati karena mereka memang orang terhormat, bukan karena usia.
Banyak hal hal dari beliau yang tidak saya sepakati, mungkin juga sebaliknya. Ada prinsip hidup yang bertentangan, walau tidak banyak. Dan dengan lantang saya akan memprotes kepada beliau, tanpa rasa sungkan.

Dan disinilah rasa hormat saya timbul. Sungguh. Kadang beda pendapat cukup panas dan keras. Tapi dalam beberapa hari jangan kaget kalau kita bisa ketawa-ketawa saling bercanda.  Dan tidak ada perlakuan yang berbeda, dendam atau rasa kesal. Padahal saya tahu beliau sebagai orang jawa biasa dihormati sebagai orang tua.  Punya mantu saya bukan hal mudah, apalagi memang saya tidak terlalu menggunakan prinsip unggah ungguh walau terhadap orang tua.
Beliau sering mengatakan kepada saya, “Untung aku tahu sifatmu lho Yu…” . Kalau aku mengingat kata kata itu menitik air mata . Karena bagi orang sulit dan keras kepala sepertiku, mendapatkan orang yang mau mengerti kekuranganku bukanlah hal mudah.

Aku mengingat ketika anakku Krisna berusia 6 tahun dan sudah waktunya masuk SD. Kita berbeda pendapat dengan cukup tajam tentang SD yang harus dimasuki Krisna. Beliau bersikeras bahwa Krisna harus mendapat pendidikan terbaik  yaitu sekolah  ********  yaitu swasta yang baik tapi sangat mahal. Bahkan beliau mengatakan bersedia membantu biaya masuk yang cukup tinggi. Tapi kami, aku dan Liza bersikeras bahwa harus masuk SD negeri, yang biayanya murah.  Karena kami bukanlah keluarga yang berlebih, sehingga perlu mendidik anak untuk menerima kenyataan hidup. Memang sekolah di negeri pasti banyak kekurangan, tapi menurut kami justru dari kekurangan tersebut itulah kita belajar tentang kehidupan.  Beliau tetap bersikeras, demikian juga dengan kami.  Akhirnya , mungkin dengan perasaan kesal, beliau menutup telpon dan mengakhiri pembicaraan dengan kami.

Apakah beliau marah? Bagi yang belum mengenal beliau pasti akan berpendapat demikian. Tidak, justru akhirnya beliau bersama Eyang Tie, malah menyempatkan diri kerumah kami di  bogor. Menungguin krisna yang waktu itu sudah bersekolah di SD Negeri. Memastikan bahwa cucunya aman dan bergembira bersekolah di sana. Ikut tertawa dan berusaha maklum dengan segala “kendesoan”  anak anak yang disana, namanya juga sekolah negeri. Dan berusaha memahami dan mengerti keinginan orang tuanya, yaitu kami. Memang perselisihan pendapat ini sebetulnya karena sama-sama sayang terhadap krisna tapi dengan pemahaman dan cara yang berbeda.

Demikianlah beliau, sangat sayang kepada cucu cucunya.  Sangat berusaha paham pemikiran anak-anaknya yang mungkin belum tentu  beliau setuju. Selalu ingat jadwal ujian anak kami, dan mendoakan. Saya tahu beliau bukan orang yang suka ditentang, dan cenderung untuk dominan dalam mengambil keputusan. Tapi karena besarnya jiwa welas asih (dayadhvam)  dan sayang kepada anak cucunya, semua itu diabaikan demi kebaikan dan kebahagian  anak cucunya. .

Maafkan kami Eyang kung, mungkin selama ini kami sering mengabaikan engkau.
Hormat dari hati yang paling dalam dari mantumu. Engkau  aku hormati, baik ketika bersama kami maupun ketika engkau di alam barzah.

 Selamat menempuh kehidupan yang damai, lapang tanpa sakit dan duka cita, Eyang kung…..


Jakarta, 10 April 2017