Selasa, 09 Mei 2017

Miskin=Mahal

Hidup di Jakarta ini, memang unik. Kenapa? Karena ada fenomena dimana orang miskin malah hidup secara mahal, lebih mahal daripada orang menengah atau kaya. Tentunya sistem perbandingannya harus apple to apple. Misalnya, kita bandingkan transport naik angkot, dibandingkan dengan naik alphard, itu tidak apple to apple karena faktor kenyamanan yang berbeda.

Sebetulnya cerita ini terinspirasi oleh OB di kantor saya, dimana dia selalu bercerita betapa besar biaya hidup diantaranya (berdasr ceritanya lho ini..belum konfirmasi kebenarannya), minta surat di kelurahan disuruh bayar, surat KJP kena pungli, bahkan info terakhir untuk mengurus surat rumah (yg masuk gang) dari girik menjadi sertifikat, dia telah berhutang 100 juta! Itupun belum beres sampai sekarang.

Pertanyaannya Why?

1. Hukum Rimba kenyataanya masih berlaku, cuma adu kuatnya diganti adu pintar.
2. Minder. Rasa minder ini membuat mereka malu nawar, malu tanya ntar dibilang miskin.
3. Gaptek. karena semestinya teknologi membuat sesuatu jadi murah.
4. Pendidikan. makin rendah pendidikan, pemahamaman ttg hak hak sebagai warga negara.
5. No Plan B. standar kaum tak terdidik.

Contoh real:

  • Habis beli smartphone bekas, karena takut kalau baru mahal. Namun yang terjadi malah bekas yang harganya sama dengan yang baru.
  • Naik ojek pangkalan yang relatif mahal, karena naik online gak mudheng.
  • Beli barang secara eceran, yang notabebne jadi mahal. (beli gula 1/4 kg, beli minyak 1/4 liter)
  • Kemana mana naik angkot, yang kalau punya motor bisa lebih murah.
  • Suka dikibulin pak rt or lurah, minta surat pasti disuruh bayar, tanpa tahu bahwa dia berhak dapat secara gratis.
  • Cari makan yang murah, walaupun very toxic, sehingga secara jangka panjang malah bikin penyakit, jadi mahal kan.
  • Cari sekolah ke negeri, NEM gak sampai, jadinya ke sekolah swasta yang lebih mahal.
Demikian, mungkin ada yang mau nambahin?