Masa Kecil
Ini bagian
yang sebetulnya sangat berat untuk kutulis. It’s really hurt.
Seperti
anak kecil pada umumnya, memang aku punya kenangan indah, lucu, terutama dalam
rawatan ibu. Tapi ada lubang hitam yang mengaga bila mengenang Ayahku. Fuck,
Shit.
Tidak usah
aku ceritakan , toh gak ada yang percaya. Entah kenapa memang ayahku benci
diriku sejak kecil karena memang aku pantang menangis di depannya bila dia ngamuk. Berbeda dengan
saudaraku yang lain, yang menangis merengek, dan itu sangat memuaskan hati
ayahku. Tapi karena aku tidak mau tunduk dan menyerah, dia semakin kasar dan
kasar.
Intinya, sekarang I still hate him to the bone. Walau kini dia sudah tua, 80 tahun-an, ngomong juga gak jelas, jalan juga tertatih-taith, tapi tetap saja kata-kata yang keluar menyakitkan. Makanya aku bertekat, kalau aku mati duluan,pantang dia layat ke rumahka, dan sebaliknya.
Dia telah berhasil menanam kebencian di hati seorang anak, dan anak itu adalah aku. Seorang lelaki berumur 50 tahun.
Dia dan
keluarganya adalah toxic utamaku.
And I
repeat: I hate him to the bone.