Rabu, 06 November 2019

ME AND MY MENTAL ILLNESS #2 .masa kecil


Masa Kecil

Ini bagian yang sebetulnya sangat berat untuk kutulis. It’s really hurt.
Seperti anak kecil pada umumnya, memang aku punya kenangan indah, lucu, terutama dalam rawatan ibu. Tapi ada lubang hitam yang mengaga bila mengenang Ayahku. Fuck, Shit.

Tidak usah aku ceritakan , toh gak ada yang percaya. Entah kenapa memang ayahku benci diriku sejak kecil karena memang aku pantang menangis di depannya bila dia ngamuk. Berbeda dengan saudaraku yang lain, yang menangis merengek, dan itu sangat memuaskan hati ayahku. Tapi karena aku tidak mau tunduk dan menyerah, dia semakin kasar dan kasar.

Intinya, sekarang I still hate him to the bone. Walau kini dia sudah tua, 80 tahun-an, ngomong juga gak jelas, jalan juga tertatih-taith, tapi tetap saja kata-kata yang keluar menyakitkan. Makanya aku bertekat, kalau aku mati duluan,pantang dia layat ke rumahka, dan sebaliknya.

Dia telah berhasil menanam kebencian di hati seorang anak, dan anak itu adalah aku. Seorang lelaki berumur 50 tahun.
Dia dan keluarganya  adalah toxic utamaku.

And I repeat: I hate him to the bone.