Senin, 16 Desember 2019

Heaven

Apakah surga itu istriku?
Aku bertanya padamu.
Tempat dimana kita bersama, tiada khawatir dan duka cita
itu jawabmu

Apakah bahagia itu istriku?
Saat dimana kita bertiga  bersama
Saat kamu bebas dari evilmu
Saat kamu merasa bebas dari sakitmu

Apakah tempat yang paling indah, istriku?
Tempat yang hanya kita tahu
Jauh dari mereka semua
dan kita bergandengan tangan, bercanda bersama - itu jawabmu

Apakah kamu bahagia istriku?
Aku selalu berbahagia bersamamu.
Luka yang dulu aku sudah lupa
Sakit yang lalu sudah tiada

Semua jawabmu selalu tentangku
Tentang anak kita
Tentang keluarga kita
Lalu bagaimana dengan dirimu.

Pantas surga memang milik istri
yang telah menjadi ibu
dan meniadakan dirinya
di sini , ya disini.


Jakarta, 17 December 2019




Minggu, 15 Desember 2019

GUOBLOKE POLL

Gubloke Poll!! Yah, itu kata-kata yang dulu sering aku ucapkan sambil bercanda kala ngajar teman matematika atau fisika jaman sekolah dulu. Aku sih tahu, temanku kadang rada sakit hati, tapi ya gimana, mereka mengakui bahwa cara menerangkan ku adalah yang paling mudah dipahami.

Jaman SMA dulu, aku bisa ngajari teman dalam waktu 1-2  jam untu pelajaran fisika dan math, sehingga teman yang paling guoblok pun, yang biasanya nilainya 1 sd 4 bisa meraih nilai 8. Tapi ya itu kekuranganku, kalau ngeledek or misuh kadang kebangetan, walau sambil ketawa dan bercanda.

Rata-rata aku paham bahwa teman-temanku sebetulnya tidak goblok sih, cerdas lah, cuma mereka punya habit yang membuat jadi sebuah karakter yang berakibat jadi gagal dalam pelajaran terutama matematika dan fisika. Nah, aku membongkar ini, dan setelah kebongkar mereka akan merasakan bahwa soal soal fisika dan math SMA tersebut gak sulit kok.

Tapi itu 35 tahun yang lalu........:)

Dan sekarang di usia yang mencapai hampir 50 tahun, aku mencoba kuliah lagi. Jurusan yang kuambil berbeda jauh dengan major ku, yaitu IT. alias coding2 gitu.

Dulu memang pernah belajar coding : FORTRAN, BASIC itupun prosedural, dan mentok di buble sort. Ambyar kan. Dulu menguasai logic bubble sort udah merasa programmer banget..wkwkwk

Dan kini aku mempelajari C++ OOP. Matek aku....jauh banget dari yang aku dulu tahu.....
Mau tanya tanya anakku yang masih kuliah, doi lagi kost dan supersibuk. Tanya teman yang lulusan kampus antah berantah, jurusan IT jawabannya sama: UDAH LUPA PAK. Aku sangsi dia lupa, mungkin juga memang gak pernah paham, mungkin juga ijazahnya bikin dari photoshop...ha..ha..ha..

Setelah melewati beberapa bulan, aku merasa mampet. Asli, otak tua itu memang bolot banget. Tapi, bukanya aku masih bisa berpikir jernih, logic kalau menyelesaikan kerjaan? Mestinya tua jangan jadikan alasan.
Ternyata aku tahu jawabannya : AKU MELAKUKAN HAL YANG SAMA DENGAN TEMAN TEMAN SMA DULU YANG BOLOT YANG DULU SUKA AKU MAKI : GUBLOKE POL.....

Apa itu, Kebiasaan apa itu yang membuat otakku menjadi bolot?
1. Tidak tekun belajar. Belajar 10 menit, brwsing, 10 menit, jalan-jalan
2. Buru-buru ingin mencapai paham tanpa mau memahami konsep fundamental
3. Ingin cepat menyelesaikan soal, dipikir makin rajin latihan soal makin paham. Padahal tidak
4. Target yang dipakai waktu. misalnya : perhari dapat 2 bab, per jam 5 halaman. Padahal yang penting itu paham. Lebih baik lambat tapi paham.

Demikianlah. Kali ini aku akan mencoba mengkoreksi cara belajarku. Dan hari ini aku akan berdiri di depan cermin, menatap wajahku sendiri, sambil mengatakan : GUOBLOKE POLL !!!

Jakarta 16/12/2019



Kamis, 12 Desember 2019

Mood Booster HARI INI

Hari ini terasa lelah, bolak balik 120 km dan 5 jam perjalanan setiap hari. Kebetulan sampai kantor kepagian, masih sepi. Biasanya saya manfaatkan kadang ngaji, meditasi, ataupun sekedar nonton youtube sekedar refreshing.

Tapi pagi ini waktu ingin membuka video2 meditasi di youtube, pindah ke salah satu video musik yang membuatku merasakan jatuh cinta yang kurasakan 26 tahun yang lalu. Sambil memejamkan mata, dan mengingat rasa yang mungkin sudah lama terlupakan.

BE STILL MY HEART, LATELY, ITS MIND IS ON ITS OWN
IT WOULD GO FAR AND WIDE, JUST TO BE NEAR YOU

Sebuah perasaan yang jatuh cinta yang indah, saat dimana berdekatan denganmu membuatku menemukan rasa damai dan nyaman.....

Aku mengingat lagu ini terasa sangat mengiris hatiku saat aku KKN, dan berjauhan denganmu. Ada rasa rindu, tapi merasa tak pantas karena waktu itu kamu hanya sahabatku. Dan bertanya-tanya adakah engkau merasakan yang aku rasakan?


ANYONE WHO'S SEEN US
KNOWS WHAT'S GOING ON BETWEEN US
IT DOESN'T TAKE A GENIUS TO READ BETWEEN THE LINES
AND ITS NOT JUST WISHFULL THINKING
OR ONLY ME WHO'S DREAMING
I KNOW WHAT THESE ARE SYMPTOMPS OF
WE COULD BE IN LOVE

Ya, we could be in love. It doesn't take a genius to read between the line.  Kadang ada saatnya waktu itu aku merasa bahwa kamu juga punya rasa yang sama. "Line" itu memang ada. Namun terkadang rasa pesimis itu datang, mungkinkah itu hanya perasaanku, G R ku(bukan GnR) ?. or only me who's dreaming?

Dan sekarang kami sudah saling memiliki. Kadang masih tidak percaya bahwa kita akan bersama seperti ini. Namun kala rasa murka menerpa kadang seakan lupa bahwa perasaan galau, rindu yang menggelisahkan ini pernah singgah di hatiku 26 tahun yang lalu.

Dan lagu ini jadi meditasi pagi ini, sambil memekarkan cakra jantung pusat kasih sayang dan kebahagiaan........



Jakarta 13 Desember 2019




We could be in Love - Lea Salonga & Bread Kane, courtessy of Youtube


Rabu, 11 Desember 2019

ME AND MY MENTAL ILLNESS #7 Sosmed Pisau bermata dua

Sebagai seorang Bipolar, internet bisa dikatakan sebagai sumber informasinya. Hampir mustahil menemukan informasi tentang Bipolar yang komprehensif di seminar, toko buku dll. Seandainya ada pun, jalan masuknya melalui internet.

Demikian juga dengan saya, mencari informasi sekaligus mencari teman atau komunitas yang mempunyai masalah yang sama dengan saya. Di salah satu sosmed, ada komunitas bipolar dan saya pun bergabung di dalamnya, kurang lebih 3 bulan. Sekarang, saya sudah merasa cukup, atas informasi tersebut, dan menonaktifkan sosmed tersebut.

Berikut perjalanan saya dan kesan menggunakan sosmed sebagai seorang ODB.


  1. Kesan pertama : senang
  2. Kesan kedua : iba dan ingin membantu
  3. Kesan berikutnya : kagum pada beberapa orang yang sukses
  4. Kesan berikutnya : sedikit muak
  5. Kesan terakhir : Cukup di sini. Deaktivasi sosmed, keluar dari keanggotaan.

1. Kesan Pertama : senang. Ya, senang karena ternyata saya tidak sendirian. Dari keluhan-keluhan yang ada, banyak yang menyerupai saya. Jadi berbesar hati, karena yang saya jalani ternyata tidak parah-parah amat. 

2. Kesan kedua : iba dan ingin membantu. Bagaimana tidak iba, keluhan rata-rata ingin bunuh diri, ingin mati, disiksa keluarga. Dihina suami, ditinggalkan istri. Dipecat dari kantor. Serasa ingin membantu , minimal memberi saran, menguatkan dan memberi semangat. Setelah memberi semangat dsj, ada rasa sedikit bangga karena telah berbuat baik. Yang akhirnya aku sadari  itu absurd banget ha  ha ha  ....

3. Kesan berikutnya : kagum pada beberapa orang yang sukses. Ya kagum, karena bisa menjalani kestabilan dengan bagus, tanpa obat, bisa produktif. Mulailah satu demi satu aku DM, sekedar tukar pikiran atau meminta saran. Bagus-bagus sih sarannya. Namun, ternyata banyak yang dari mereka sendiri, setelah aku lihat , sebetulnya belum "beres" juga. Ada orang yang history nya, me "like" postingannya sendiri, sampai puluhan/ratusan. Ada yang mengklaim bebas obat, tapi postingan tumblr nya isinya obat-obat psikotik. Ada yang memberi saran, konsep dsj, tapi ternyata statusnya useless di rumah dsj. Intinya banyak juga yg sebetulnya belum level "stabil" tapi melakukan self proclaimed demi mendapatkan simpati dan kekaguman.
Ya sebetulnya sah-sah saja, namanya juga dunia sosmed, kamu bisa menjadi siapa saja. Yang aku ambil benang merahnya adalah bahwa ODB sebagian memang punya sedikit "kekurangan" yaitu jiwanya sepi sehingga suka mencari perhatian. Maaf, bukan ngejudge, ini penilaian pribadi.

4. Kesan berikutnya; sedikit muak. Sedikit ya, karena nggak muak muak amat. Ada yang ngeluh ini itu, yg sebetulnya solusinya simple, mereka menolak solusi apapun dan memilih menjadi victim selamanya, bahkan menikmatinya. Ya mereka menikmatinya. Ada yg hanya butuh dikagumi, tapi begitu orang lain berada pada posisi lebih stabil, mereka langsung menghindari. Memang bipolar ini anjing banget, apalagi kalau mood swing itu membadai. Tapi, tidak harus semua kebodohan, kemalasan, ketidakmampuan kita , trus dikaitkan karena bipolar. Bisa jadi memang kita lebay, tanpa BD kita lebay. Tanpa BD pun kita bodoh dan malas, dan tanpa BD pun kita terasing karena sihat buruk kita. Bisa jadi. Jangan jadikan BD sebagai alasan atas semua kegagalan kita.

5. Kesan terakhir : cukup disini. I'm out. goodbye sosmed. Nampaknya sudah cukup disini. Gambaran besar insya Allah sudah aku dapatkan.
Dan komunitas berbasis sosmed, buat saya pribadi,  ini bila diteruskan menjadi toxic. 


Bagi saya, sosmed bermanfaat, asal secukupnya. Terimakasih kepada para voulenteer yang sudah membuat komunitas tersebut. Namun, semua itu ada batas cukupnya. Karena mengeluh itu addicted, curhat addicted, sampai lupa untuk menjadi manusia. 
Namun pengalaman di sosmed  semua itu tidak sia-sia, minimal mengembalikan rasa syukur Tuhan atas semua yang sudah saya miliki.

memang sosmed seperti pisau bermata dua untuk kami para ODB.


jakarta desember 2019.





Jumat, 06 Desember 2019

ME AND MY MENTAL ILLNESS # 6 GOOD FOOD GOOD MOOD

Mental Illnes, atau penyakit  kejiiwaan, dimula  dari ketidak seimbanngan  neurotransmitter di dalam  otak. Serotonine, dopamine dlsb. Otak itu  sendiri, hidup sebagai entitas yang dihidupi olah nutrisi yang berasal dari makanan yang kita makan. Dengan demikian jenis makanan, kualitas dan kuantitasnya sangat mempengaruhi kualitas kesehatan otak itu sendiri.
Good Food Good Mood. Namun nampaknya masalah nutrisi ini tida terlalu mendapat perhatian dari para psikatris. Mereka terlalu fokus oleh penggunaan obat obatan untuk menyelesaikan ketidak sehatan otak itu. Depresi diberi anti depresan. Manik diberi mood stab. Lalu bagaimana dengan wanita hamil, menyusui, dimana mereka tidak diperbolehkan minum obat. Disini terlihat ambigu dan paradoxnya. Ada beberapa teman komunitas ODB yang kebetulan menyusui, hamil menemui masalah ini. Singkatnya, ada kondisi  dimana obat bukanlah solusi.
Meditasi, SEFT, EFT, CBT atau apapun itu bisa menjadi  jalan pembantu. Dan banyak psikatris yg menyarankannya. Tapi jarang yang menyentuh  masalah nutrisi.
Aku sendiri , mulai belajar untuk makan secara bersih beberapa minggu ini. Sayur organik, buah, anti daging merah, anti guten, anti gula,tepung rfinasi.  Daging hanya ikan dan ayam. Nasi sedikit.
Terasa mulai sedikit ada stabilitas, walau tidak minum obat. Semoga bulan ini bisa stabil.

Jumat, 15 November 2019

ME AND MY MENTAL ILLNESS 5#ISOLATED

Undangan reuni itu datang lewat berbagai akun wa. Tapi aku reject. Bukankah seru, bertemu teman teman 25 tahun yang lalu. Apalagi dulu memang berbeda, aku aktif. Bahkan menjabat ketua kelas selama 2 tahun. Humoris, selalu lucu,seperti tak pernah susah.
Tapi sekarang aku sudah berbeda, maaf teman teman. Teman teman yg dulu mengisi kebahagian. Menghibur ku di saat hati terluka oleh seorang (my Dad) yg mulut dan tangannya ringan dan tajam. Disaat skripsiku macet, orang itu hanya bisa menghardik dan menghakimi, dan teman temanku yg membuatkan skripsiku. Aku berhutang budi kepada mereka, dan aku hanya bisa memblok akun wa mereka sekarang. Aku hanya berharap Allah mengampuniku dan membalas kebaikan mereka,teman temanku.
Beginilah seorang ODB, aku juga tidak bisa memahamiku sendiri. Masa laluku begitu tdk ingin kuingat. Ku ingin lupa. Maka kuucapkan SELAMAT TINGGAL REUNI.

Rabu, 06 November 2019

ME AND MY MENTAL ILLNESS #4.educate yourself

Educate Yourself

Dokter bisa memberimu obat, tetapi tidak bisa mengajarimu mengenal temanmu seumur hidup : bipolar.
Teman yang tidak perlu kita benci, tapi kita ajak bekerja sama. Membangun insight sangat perlu, agar dalam episode manic ataupun depresi, ada sedikit kesadaran yang terjaga.

Berapa buku dan audiobook yang sedang aku pelajari


  1. "Screw Bipolar Disorder(audiobook)", oleh Alice Lane : berisi trik untuk menghandle bipolar dan menjadi stabil, tanpa obat. ada 20 hal yang mesti disiplin dilakukan . rate : 4*
  2. "Bipolar Disorder 2 Workbook" , oleh Stephannie Mc Murrich. : berisi a sd Z tentang bipolar 2. rate 3*.
  3. "Preventing Bipolar Relapse", oleh Ruth C White :  cara mencegah relaps, mengurangi tingkat ledakan mood, bertahap mengurangi obat, ditulis oleh seorang PhD sekaligus ODB. rate 5*
  4. "Bipolar 2", oleh Heather Rose; berisi nutrisi untuk masing-masing kondisi episode. rate 3*
  5. "Man's Serach for Meaning", oleh Viktor Frankl : tidak berisi tentang bipolar tetapi mengajariku untuk menemukan makna dalam setiap penderitaan, seberat apapun, yang dikenal sebagai Logoteraphy. Rate 5*
  6. "I'm Not Crazy, Just Bipolar", oleh Wndy K : berisi kisah drama seorang penderita Bipolar, sayang aku kurang suka, cenderung mentrigger. rate 3*









ME AND MY MENTAL ILLNESS #3. deklarasi


DEKLARASI

Salah satu bagian tersulit dari seorang ODB adalah berterus terang tentang keadaannya. Tentu saja itu karena stigma yang berada di masyarakat. Apalagi kalau sampai boss tahu, bisa jadi dipecat dari kantor. But I have to do it.

Orang luar pertama adalah saudara kandungku. Walau bernuansa memberi tahu dan meminta maaf, dengan humble, tapi intinya menyiratkan untuk keluarga besar dari ortuku untuk stay away karena mereka toxic. Awalnya dia nggak sadar “massage” itu. Namun suatu pertengkaran kecil, dan aku menyampaikan : kamu  dan seluruh keluarga besar sebetulnya adalah toxic itu.

Kemudian berterus terang kepada anak, tentu saja sambil meminta maaf bila selama ini tindakanku menyakiti hatinya. Dan anakku memiliki kebesaran hati seperti ibunya.

Selanjutnya, kepada teman di kantor, dalam suatu rapat, aku meminta waktu untuk menyampaikan itu. Ternyata : notting happened. Datar.

Lega.

ME AND MY MENTAL ILLNESS #2 .masa kecil


Masa Kecil

Ini bagian yang sebetulnya sangat berat untuk kutulis. It’s really hurt.
Seperti anak kecil pada umumnya, memang aku punya kenangan indah, lucu, terutama dalam rawatan ibu. Tapi ada lubang hitam yang mengaga bila mengenang Ayahku. Fuck, Shit.

Tidak usah aku ceritakan , toh gak ada yang percaya. Entah kenapa memang ayahku benci diriku sejak kecil karena memang aku pantang menangis di depannya bila dia ngamuk. Berbeda dengan saudaraku yang lain, yang menangis merengek, dan itu sangat memuaskan hati ayahku. Tapi karena aku tidak mau tunduk dan menyerah, dia semakin kasar dan kasar.

Intinya, sekarang I still hate him to the bone. Walau kini dia sudah tua, 80 tahun-an, ngomong juga gak jelas, jalan juga tertatih-taith, tapi tetap saja kata-kata yang keluar menyakitkan. Makanya aku bertekat, kalau aku mati duluan,pantang dia layat ke rumahka, dan sebaliknya.

Dia telah berhasil menanam kebencian di hati seorang anak, dan anak itu adalah aku. Seorang lelaki berumur 50 tahun.
Dia dan keluarganya  adalah toxic utamaku.

And I repeat: I hate him to the bone.

ME AND MY MENTAL ILLNESS #1


Me and My Mental Illness. #1

Pada hari ulang tahun istriku yang ke 48, aku mendapat vonis itu. BIPOLAR tipe 2. Sebetulnya tidak terlalu mengagetkan, mengingat perjalanan mood swing ku selama hampir 30 tahun ini. Vonis itu aku terima dengan tenang, rileks. Tapi aku tidak bisa bohong bahwa hatiku sedikit hancur di dalam. Aku begitu khawatir, sebagai seorang kepala keluarga, penanggung nafkah utama keluarga, mampukah aku untuk menjalaninya?

Aku bertekat untuk sembuh. Dalam kondisi seperti ini aku sangat menyadari betapa malaikatnya hati istriku. Istriku yang aku maki-maki, disakiti secara fisik di kala aku relaps. Yang dalam kondisi tertentu sangat aku benci. Tapi betapa lapang hati dan jiwanya, begitu banyak maafnya kepada aku, suaminya.

Aku begitu merasa beruntung memilikinya. Namun aku merasa bahwa, aku tidak cukup membahagiakannya. Tidak cukup memberi kasih sayang dan penghidupan yang layak untuknya. Karena betapa aku sibuk dengan hati dan pikiranku sendiri dikala episode itu datang. Biasanya kalau sudah begini aku merasa depresif.

Aku bertekat untuk patuh pada dokter, dan meminum semua obat yang diberikan. Namun, walau aku tahu obat itu dalam kondisi dosis rendah, AKU MERASA KOSONG. Ya obat itu membuatku selalu mengantuk, dan tidak bisa berpikir. Sedangkan pekerjaanku menuntut aku untuk berpikir. Aku berpikir makanya aku digaji. Sebagai seorang engineer aku memang dituntut untuk memecahkan masalah. Dan dengan obat-obatan itu, aku blank.

Akhirnya , untuk sementara aku berpaling kepada beberapa suplemen untuk menjaga moodku. Juga merubah lifestyle ku, selalu olahraga ringan, tidur teratur, makan dijaga. Sambil tetap menyimpan Lithium dan Olanzapin yang diresepkan padaku, untuk jaga-jaga.

Bersambung……………….

Kamis, 31 Oktober 2019

Maafkan Kalau Kadang Aku Lupa Memelukmu


MAAF KALAU KADANG LUPA UNTUK MEMELUKMU

Sudahkah kita memeluk caregiver kita hari ini?
Meminta maaf karena ODB memang menyebalkan
Meminta maaf atas kata kata kasar saat elevated episode
Dan sibuknya kita dengan rasa sedih saat depresi

Sudahkah kita memeluk caregiver kita hari ini?
Dan mengucapkan I love u,
Pada pacar, istri, suami atau sahabat yang merawat kita
Bersedia disamping kita disaat yang lain meninggalkan kita
Yang tak pernah membenci kita, padahal kita kadang membenci mereka
 
img credit to : shutterstock.com
Sudahkah kita memeluk caregiver kita hari ini?
Dan mengucapkan terimakasih
Atas hari hari bebas, bahagia, dan lepas yg terkorbankan
Hanya untuk sekedar mendengar tangis kita yang mungkin tak mereka pahami
Yang  menolak hangout, jalan bersama teman
Sekedar ada di samping kita.


Sudahkah kita memeluk caregiver kita hari ini?
Untuk sekali lagi meminta maaf, karena lupa
Bahwa mereka juga manusia. Mereka juga punya lelah
Yang selalu kita tuntut untuk paham

Sudahkah kita memeluk caregiver kita hari ini?
Dan berkata : Kamu Malaikat Penyelamatku.


Jakarta, My insight on my sad period

Senin, 26 Agustus 2019

LAPTOP dan STATUS SOSIAL

Ini menceritakan kisah tentang ART di kantor kecil saya, yang bergaji satu juta perbulan. Dari penghasilannya kita sepakat bahwa kehidupannya termasuk pra sejahtera. Dia, sebut saja bu Enah, single parent, punya anak yang baru masuk SMP. Dengan kehidupan yang bisa dibilang miskin, bahkan untuk beli seragam sekolah saja harus hutang kiri kanan.  Namun anaknya, punya suato obsesi atas suatu barang yang bukan dalam levelnya, yaitu sebuah laptop yang baru.

Sebetulnya, saya pernah memberikan beberapa barang yang sudah tidak terpakai di rumah, beberapa smartphone dan laptop. Tapi namanya barang bekas, laptop itu cukup jadul bahkan batereinya sudah loss jadi harus selalu tertancap di listrik. Tapi menurutku, sudah sangat memadai untuk anak SMP. Bisa belajar word, excel, powerpoint.

Tapi nampaknya belajar bukan prioritas anak itu, jadi ya laptop itu hanya buat main game, ya main game. Word, excel. powerpoint tidak tersentuh. Tapi ya terserah, milik dia mau diapakan.

Jadi benar benar tidak masuk di pikiran saya, bahwa anak tersebut cukup sering "menteror" ibunya untuk membelikan laptop yang baru. Yang batereinya masih joss, jadi bisa dibawa ke sekolah. saya bertanya , kenapa harus dibawa ke sekolah, apalagi di sekolah juga ada laboratorium komputer yang ada laptopnya cukup untuk sekelas (1 laptop berdua). Absurd.

Nampaknya, fungsi laptop dalam hal ini telah bergeser menjadi sarana pengangkat status. Mungkin dengan laptop yang dibawa ke sekolah, pandangan teman teman terhadap status ekonomi dan sosial menjadi berbeda. Karena ibu nya bingung, dan merasa bersalah, maka diputuskan ada rencana untuk mengambil cicilan laptop, sekaligus hutang ke kantor.

Saya tidak berkomentar banyak, cuma mengingatkan bahwa laptop bukanlah prioritas untuk anak SMP. Buku, tas, alat tulis, seragam dan gizi yang layak lebih penting. Tapi nampaknya Ibu itu sudah tidak bisa berpikir jenih. yang penting dapat hutangan , beli laptop. Masalah nanti hidup sehari harinya gimana, pikir nanti

Fenomena ini cukup mengusik hatiku, dan tipikal terjadi pada strata di bawah. Berbeda dengan orang miskin jaman ayah dan ibuku dulu. Jaman sekarang masyarakat miskin sudah sangat konsumtif. Apalagi bisa hutang, cicilan. Gadget gak mau kalah dengan yang mampu (ART tsb 10 thn yg lalu udah punya BB, disaat karyawan masih pakai feature phone). Justru masyarakat miskin yang sangat terpengaruh dengan perilaku konsumtif, mungkin dari TV, sinetron, infotainment, entahlah.

Kalau dulu masyarakat miskin berhutang buat bayar sekolah, sekarang berhutang buat gadget, langganan wifi, pasang AC , cicil motor sport....

Mungkinkah ini yang disebut kemiskinan struktural? Dan demografi kaya - miskin ini tidak bisa berputar kalau kondisinya demikian. So sad.


Kamis, 15 Agustus 2019

MENGATASI KECEMASAN (ANXIETY)


Tulisan ini saya kutip dari paper dari www.strengthstheatre.com , kredit dan hak cipta adalah milik mereka.Sebagai pengantar awal, saya sendiri adalah seorang BIPOLAR. Kecemasan, insomnia, mudah tersinggung adalah bagian hidup saya sehari-hari.  Semoga terjemahan ini bisa bermanfaat buat teman teman ODB maupun siapa saja yang hidupnya terampas oleh kecemasan.

MENGATASI ANXIETY


Kita sering merasa cemas oleh banyak hal, diantaranya masalah keuangan, masalah kesehatan maupun kerja. Tapi kecemasan yang berlebihan dan panjang sangat merusak kesehatan dan stabilitas kejiwaan kita, sangat menderita.  Kita akan mengalami waktu yang sulit, memikirkan sesuatu dengan berat, berulang dan berulang tanpa tahu apa yang bisa dilakukan, bahkan untuk hal yang remeh  (menurut ukuran manusia normal) sekalipun.


Beberapa keadaan yang merupakan ciri ciri dari kecemasan yang tidak sehat adalah:
  • Mengulang suatu pekerjaan berkali kali
  • Khawatir secara berlebihan
  • Merasa lelah
  • Kesulitan untuk berkonsentrasi
  • Sulit untuk mengistirahakan diri/pikiran
  • Mudah tersinggung
  • Insomnia (susah tidur)
  • Menganalisa sesuatu hal dengan terlalu dalam
  • Selalu mengkonfirmasi sesuatu berulang ulang


LALU BAGAIMANA CARANYA ?

Mengatasi kecemasan memang bukan hal mudah, TAPI MUNGKIN. Ya, mungkin asal kita rajin melatih, dengan pemahaman dan teknik yang tepat. Anxiety bukanlah penyakit yang harus disingkirkan, tapi kita kendalikan, ya...KENDALIKAN. Mungkin kita dalam satu atau dua kesempatan,  seakan-akan sudah berhasil mengendalikan kebiasaan ini. Tapi, BOOOM, tanpa sadar kebiasaan yang tidak sehat itu kembali. Kita harus melakukan Setting Ulang pikiran kita agar mengusir kecemasan itu dari hidup kita. Kita ulang dan ulang setting terhadapa pikiran kita hingga membentuk sebuah habit, habit membentuk karakter.

KONSEP DASAR DALAM SETTING ULANG PIKIRAN KITA

  1. ACCEPTANCE - PENERIMAAN
  2. QUESTIONING - MEPERTANYAKAN PADA DIRI KITA
  3. EXSPOSURE - MEMAPARKAN DIRI KITA PADA REALITA
  4. MEDICATION - BEROBAT DAN SUPLEMEN
  5. RELAKSASI - TEKNIK MENGENDURKAN KETEGANGAN
ACCEPTANCE

Belajar menerima bahwa tidak semua pikiran dan kecemasan itu layak dipertimbangkan. Belajar menerima kekurangan kita, belajar menerima bahwa orang lain juga ada kekurangannya. Menerima bahwa hidup itu memang tidak sempurna. Maafkan dan sayangi diri sendiri atas segala yang kurang pada diri kita. Belajar untuk mengabaikan pikiran yang sebetulnya tidak terlalu penting dan membahayakan, ABAIKAN.


QUESTIONING


Hentikan semua pertanyaan yang tidak bermanfaat. Yang akan terjadi pasti terjadi. PERTANYAKAN KEMBALI pertanyaan yang berkecamuk dalam pikiran kita, LAYAKKAH UNTUK DIPERTANYAKAN. Membiarkan pikiran pernuh pertanyaan berulang dan berulang hanya memberi energi pada enxiety kita.

EXPOSURE

paparkan diri kita pada dunia, keluar dari zona nyaman kita. Dengan semakin sering keluar dari zona nyaman artinya kita telah MEMPERLUAS ZONA NYAMAN. Sekali-kali kita abaikan pikiran negatif yang ada, jangan kawatirkan penilaian orang lain. Perlahan lahan akan kita sadari, bahwa orang lain tidak terlalu perduli dengan penilaian terhadap kita. Seandainya ada momen yang memalukan, kikuk, akward, percayalah bahwa sebentar juga terlupakan. Sedikit demi sedikit kita berlatih untuk memupuk percaya diri.

MEDICATION

Apabila kecemasan makin terkendali, pergi ke dokter dan minta pertolongan secara medis. Kondisi otak dan neurotransmitter mungkin ada kekurangan, dan obat bisa membantu.
Selain itu, suplemen bisa membantu : Melatonine (sleep), 5HTP (mood balance), Magnesium calsium dsb. Tentu saja apa yang kita makan, pilihlah yang sehat. "Makanan kita adalah obat kita" begitu kata pepatah.

RELAXATION

Perlu teknik relaksasi, meditasi, yoga. Baca quran setiap malam, sholat malam. Berkumpul dengan orang yang tidak toxic, ya tidak toxic. Saran saya pribadi, hindari lingkungan, teman, kantor dsb yang toxic dan gunakan teknik relaksasi yang anda sukai. Its really works.


Kamis, 23 Mei 2019

Untold Stories to parents

Semua anak, apalagi yang bandel pasti punya rahasia terhadap orangtuanya. Terutama cerita kenakalannya tentu saja. Walau dulu saya termasuk anak manis, penurut, dan cenderung terbuka terhadap ibu, tidak semua hal diceritakan. Di usiaku yang tua ini, saat anak ku sendiri sudah dewasa, aku jadi mengingat-ngingat hal hal apa yang tidak pernah diceritakan kepada orang tuaku:
 1. Pernah nginep di kantor polisi semalam (dikira naik motor curanmor), ngakunya bikin tugas di rumah teman. Usia 17 an
 2. Pernah backpackeran (Semarang, Bali, Lombok) sampai habis uang blas, nggak bisa pulang. ngakunya fine-fine aja keuangan.
 3. Pernah ditampol tentara di bus pas masih kelas 2 SMP
 4. Pernah hampir dikeroyok tukang becak, untung larinya cepet dan teriak2 minta tolong. Pas SMP kelas 1.
 5. Dihukum kerja paksa waktu SMP, angkut2 pas libur. Eh, malah sama temen satu gang nyolong buku satu dos. Duitnya cuma buat beli soto depan sekolah. SMP kelas 2
 6. Pernah nyolong stiker (bonus majalah) di Gramedia,sekalian nggak bayar teh botol di food court nya. Sma kelas 2
 7. Pernah mengkudeta perpustakaan sekolah, dengan mengunci dari dalam. Pura2 nya kekunci, sampai heboh satu sekolah.
 ...dan hal hal lain yang tidak mungkin ditulis karena aib...wkwkwk

 Apa cerita kamu?

Senin, 13 Mei 2019

PENGEN BISA GITAR (cerita dari usia 9 tahun sd 50 tahun)


Keluargaku buta musik
Sejak kecil memang aku suka musik, walau pasif. Sejak SD, di saat teman teman masih suka lagu gak jelas, aku sudah koleksi Iwan Fals, Queen, John Lennon. Trus pengen bisa musik dikit-dikitlah, tapi karena satu keluarga semua buta musik akhirnya cuma jadi impian.

Waktu SD, kakakku cewek ingin belajar gitar. Dibeliin lah sama ortu, kaset belajar Jack Lesmana (masih kaset bo...tahun 70 an). Sama gitar bolong punya Om dipinjam (tapi selamanya). Aku cuma melihat, karena merasa masih kecil. Tapi kakaku gagal, sampai dia tua pun masih belum bisa gitar blas. Dan ketidakmampuan itu punya justifikasi, ortu menganggap main musik itu bikin sekolah gak bener, contohnya anak2 band itu...he..he.. ada benernya.
gw 20 thn lagi....kalau masih hidup

Nekat beli gitar pake duit sepatu

Dan impian pengen bisa musik itu jadi terlupakan, dengan kesibukan sekolah. Sampai akhirnya masa akhir kuliah, tinggal nunggu wisuda, banyak nganggur..kepikir...kok jadi cowo gak punya hobi. Ya itu sebetulnya hobi musik, walau pasif. Sekedar koleksi kaset art musik sebangsa Genesis, Yes, Saga, Supertramp. Akhirnya, dengan sedikit kenekatan aku beli dah gitar Osmond seharga Rp 60 ribu. Uang yang seharusnya buat beli sepatuku yg udah nganga. Ya udah lah di lem dulu sepatunya, demi impian.

Waktu itu, nyokap langsung komentar melihat gitar bolong baru itu, "Yang bener ya belajarnya, entar gak jadi buang uang lagi." Yah...wajar..melihat peristiwa kakakku dulu yang semangat belajar tapi akhirnya nyerah.

Masalah langsung timbul, yaitu gimana nyetemnya? cara belajar gimana? Benar2 bingung. mau les jelas gak mungkin, ga ada uang. Youtube? ha..ha..itu jaman 80 an, TV cuma adanya TVRI, benar2 mampet. Dan kebetulan lingkunganku memang buta musik semua. Akhirnya beli buku belajar gitar abal2 dan mulai lah diapalin chord2....lumayan ada beberapa yang apal...DENGAN KONDISI GITAR TAK TERSTEM....ha..ha..
Ide pun muncul, minta tolong pengamen. Yak, sejak itu kalau ada pengamen yang biasanya langsung aku tolak :"Maaf mas yang lain saja".......kali ini ditunggu-nggu..."tolong ya mas setemin gitar saya"..tentunya dengan imbalan...


Punya anak gitaris (amatir)
Waktu terus berjalan, singkatnya status gitaris dengan kemampuan genjrang genjreng dengan nada dsar cuma C sama G...ha..h.a..Akhirnya nikah, punya anak. Nah...impian bisa main gitar tersalurkan lewat anakku. Doi pernah belajar bbrp thn gitar klasik di purwa, tp kayaknya gak minat, senengnya rock doi, tepatnya metal..he..he. Akhirnya out dari Purwa, sempat belajar bentar sama rocker lokal selama 6 bulan, diajari dasar-dsar soloing gitar. Dan dilanjut otodidak, kebetulan doi berbakat, jadilah dia gitaris elektrik yang cukup mumpuni. Bisa solo gitar Megadeth, Dream Theatre. Entah gimana caranya belajar, dengan modal yutub (duh enak banget ya generasi sekarang...), software Guitarpro, dll

Pernah punya band juga sama teman2 SMP, dan selalu ngisi acara di sekolahnya beberapa kali, nice. Karena doi sekarang udah kuliah dan ngekost dan jauh dari orangtua, tuh koleksi gitar elektriknya nganggur dan cukup menggoda. Tapi....usiaku udah mendekati 50 tahun...belajar gitar elektrik......KAYAKNYA KOK GIMANA GITU YA.....

Latihan fingering dulu
Akhirnya dengan tekat, nekat dan tentunya RESTU DAN DOA DARI ISTRI (lebay yah) akhirnya mulai deh electric guitar coba dikulik, DI USIA YANG MENDEKATI 50 TAHUN. Dari latihan fingering, latihan picking, ngapalin lick-lick yang simple. Dan belajar yang aku benci ...TEORI MUSIK. Walau rasanya gimana gitu, disaat teman2 seusiaku rajin ngaji, ke mesjid, ibadah, cari duit yg banyak, ganti mobil, renovasi rumah, aku malah baru belajar picking gitar..huuu

Sudah hampir 2 minggu berjalan, latihan ....semoga gak nyerah.....






Rabu, 08 Mei 2019

TIPS MENGATASI BOCOR ALUS BAN MOTOR AKIBAT RANJAU

Suatu saat motor vario kesayangan kempes, waktu akan diisi angin ternyata ada paku baut yang nempel. Ternyata sekarang ranjau paku berbentuk baut yang diameter besar. Akibatnya waktu ditambal ban di pinggir jalan, terpaksa harus pakai 2 buah cacing tubeles. Cacing itu semacam karet yang sering dipakai buat nambal ban tubeless.
Gambar hanya ilustrasi

 Pertama sih, lancar. Tapi lewat seminggu, kayaknya itu tambalan kurang sempurna, jadi angin ban habis lagi. Mungkin karena lubang yang terlalu besar. Ada teman yang menyarankan ditambal ulang, dengan jenis cacing buat tambal ban dengan ukuran khusus. Duh, dimana tapi tambal ban yang punya gitu.

Ada yang menyarankan, kalau udah gitu mending ganti ban. Sayang banget, karena tebal ban masih sangat bagus. Selain itu memang kondisi dompet lagi tipis.

Akhirnya aku bawa ke PLANET BAN terdekat, minta diisi cairan ban. Sebetulnya  cairan ini bukan untuk menutup lubang ban yang besar, tapi untuk mencegah ban bocor di jalan. Bahkan petugas PLANET BAN sempat MENOLAK karena takut percuma, nanti bocor lagi. Tapi karena bilang, aku tanggung jawab kalau gagal, akhirnya diaplikasikan juga. Harganya 35 ribu waktu itu.

Ternyata hasilnya JOSS banget. Sudah hampir 3 bulan berjalan, anteng aja. Yang tadinya tiap hari mesti tambah angin, paling nambah angin sebulan 1 x. Mantep, dengan rp 35 ribu akhirnya selesai juga masalah ku ini.

Catatan : Ban yang sudah diaplikasikan cairan ini, mesti dipompa dikit 2 minggu sekali, biar dopnya tidak mampet.

Selasa, 07 Mei 2019

Happy Birthday my son.


19 tahun yang lalu kamu lahir anakku, amanah terindah yang Allah berikan kepada kami.

Setelah ibu melewati masa bed rest yang cukup panjang selama hampir 7 bulan,  lahirlah kamu di dunia.  Tangisanmu keras, seakan enggan keluar dari rahim ibu yang damai.  “Semua pengorbanan kalian terbayar”, demikian ucap Eyang Kung kepada aku. Karena ada proses pendarahan di ibumu waktu masa kehamilan, mengakibatkan ibu harus full bed rest. Ayah juga berhenti kerja untuk menjaga ibumu.  Dan semua cobaan itu menjadi tak berarti ketika kamu lahir. Alhamdulillah. (baca : placenta previa)

Aku, ayahmu bukan ayah yang baik. Aku dibesarkan oleh seorang ayah yang sedikit “berbeda”. Beliau, entah kenapa sangat kasar secara verbal dan fisik, dan hanya kepada aku, tidak kepada saudara yang lain.  Walau waktu itu aku masih teramat kecil, namun rasa sakitnya masih terasa sampai sekarang. Ternyata, masih ada residu yang tersisa hingga sekarang (bipolar). Sehingga sebagai aku sebagai ayah (dan juga suami), kadang terbawa kasar dan pemarah, sesuatu yang aku sesali sangat dalam.

Ibumu, walau sangat lembut dan penyayang, juga mendapat contoh yang kurang memadai dari ibunya. Aku tahu betapa ibumu berjuang untuk menjadi ibu yang baik, jatuh dan bangun berulangkali.

Kita, sebagai orang tua memang tidak seberuntung orang tua lain. Yang mendapatkan "raw model" dari orang tuanya sendiri, bagaimana menjadi orang tua. Kita benar benar mulai dari minus untuk menjadi orang tua.

Kamu pernah mengalami delay speech waktu kecil, sd umur 2 tahun belum bisa bicara satu patah kata pun dengan jelas.  Juga mengalami kesulitan pencernaan. Kadang mengingat masa-masa itu aku kagum betapa sabar ibu mu.

Segala yang terjadi ,menjadikan ibumu trauma untuk mempunyai anak lagi. Kami bertekat, mending anak satu tapi kami bisa mencurahkan segenap yang kami punya, apalagi  dengan segala keterbatasan kami. Jadi maafin kalau kamu jadi anak tunggal, maafin kami berdua.

Dan kamu tumbuh menjadi anak yang lucu,riang dan cerdas. Hari hari kamu tumbuh menjadi dewasa adalah hari terindah dalam kehidupan kami berdua. Kami memang jauh dari sempurna, anakku. Kami mungkin sering bertengkar dengan sangat keras. Yah, itu semua memang karena kami sangat bodoh sebagai orang tua, sangat tidak sabaran, dan kadang kadang tidak dewasa. Terutama aku dengan temperamen yang kurang sabaran.  Tapi, Insya Allah aku dan ibu mu sangat menyayangi  satu  sama lain.  

Dan tanpa terasa hari ini kamu sudah berumur 19 tahun, sudah dewasa menurut standar undang-undang. Udah ngekost sendiri, belajar mandiri. Mengambil banyak keputusan sendiri, dan aku sangat bangga dengan itu. Seusiamu, ayah dan ibumu masih ikut orang tua, kamu lebih baik dari kami berdua.

Jangan berpikir, berhutang pada kami orang tuamu. Segala yang kami lakukan adalah kewajiban sebagai orang tua.  Anakku bukan investasi ku.  Kamu adalah manusia utuh dan terhormat yang punya jaman, jalan dan tujuan hidup sendiri. Sejak kamu lahir, justru kami yang berhutang kebahagiaan, kegembiraan dan pelajaran tentang rasa syukur .  Satu-satunya hutangmu, anakku, adalah kepada anak dan keluargamu kelak. Yang harus kamu jaga  kalau perlu dengan jiwa ragamu karena dia amanah dari Allah SWT.

SELAMAT ULANG TAHUN KE 19, ANAKKU.

Ayah,mewakili Ibumu juga.
9 Mei 2019

Sabtu, 20 April 2019

How can I Forgive You - #3

Lanjut ya, ini seri yang terakhir...
Intinya, penulis menawarkan solusi yag terbaik diantara dua kondisi ekstrem : terlalu mudah memaafkan, dan dendam/tidak mau memaafkan. Kondisi acceptance ini, adalah kondisi yang paling sehat bagi korban. Acceptance bukan berarti berempati, menghapus ksalahan, atau mengampuni. Karena bagaimana bisa mengampuni, kalau pelaku sendiri tidak pernh merasa bersalah. Namun juga bukan dendam, dimana waktu, usia, umur habis untuk memikul derita itu. Acceptance lebih berfokus pada perindungan diri dari kejahatan lebih lanjut, tapi tidak terlalu menyiksa diri dengan standard moral yang terlalu tinggi untuk manusia biasa. Mungkin kalau bahasa gaulnya forgiven but not forgotten. Forgiven but no more contact and relationship. Forgiven but go to hell with your bloody manner.
Sebuah buku yang layak untuk dibaca.

Bogor, malam Nisfu Syaban 2019

Kamis, 11 April 2019

SOUL TO SQUEEZE

I've got a bad disease
But from my brain is where I bleed.
Insanity it seems
Has got me by my soul to squeeze.
Well all the love from thee
With all the dying trees I scream.
The angels in my dreams (yeah)
Have turned to demons of greed that's mean.
Where I go I just don't know
I got to got to gotta take it slow.
When I find my piece of mind
I'm gonna give you some of my good time.
Today love smiled on me.
It took away my pain say please
All that you had to free
You gotta let it be oh yeah.
Where I go I just don't know
I got to got to gotta take it slow.
When I find my piece of mind
I'm gonna give you some of my good time.
Oh, so polite indeed
Well I got everything I need.
Oh make my days a breeze
And take away my self destruction.
It's bitter baby,
And it's very sweet.
I'm on a rollercoaster,
but I'm on my feet.
Take me to the river,
Let me on your shore.
I'll be coming back baby,
I'll be coming back for more.
I could not forget
But I will not endeavor
Simple pleasures aren't as special
But I won't regret it never.
Where I go I just don't know
I got to got to gotta take it slow.
When I find my piece of mind
I'm gonna give you some of my good time.
Where I go I just don't know
I might end up somewhere in Mexico.
When I find my piece of mind
I'm gonna keep you for the end of time.
Doo doo doo doo dingle zing a dong bone
Ba-di ba-da ba-zumba crunga cong gone bad

Rabu, 10 April 2019

How Can I Forgive You - #2

Lanjut ya......
Berdasar buku tersebut ada beberapa asumsi yang diyakini di masyarakat,sebagai suatu keyakinan dan sebuah standard moral, namun sebenarnya layak dipertanyakan (Questionable Assumption)

Questionable Assumption #1: Forgiving is good for you. When you forgive, you get rid of the poison inside you and restore your health. When you refuse to forgive, you get sick and suffer.
"Memaafkan baik untukmu. Ketika kamu memaafkan, kamu membuang racun dalam dirimu dan mengembalikan kesehatanmu. Ketika kamu menolak memaafkan, kamu akan sakit dan menderita"

Questionable Assumption #2: Forgiving is the only spiritually and morally sound response to violation.
"Memaafkan adalah satu satunya sikap  terbaik  secara spiritual dan moral terhadap sebuah peristiwa kejahatan.

Questionable Assumption #3: You have only two choices — forgiving and not forgiving.
"Kamu hanya punya dua pilihan, memaafkan atau tidak memaafkan"

Questionable Assumption #4: It is up to you, the person who was violated, to forgive.
"Semua bergantung padamu, sebagai orang yang dijahati untuk memaafkan"

Questionable Assumption #5: Forgiveness is an unconditional gift. It does not need to be earned.
"Memaafkan adalah pemberian tak bersyarat. Tak membutuhkan kelayakan"

Questionable Assumption #6: We all know how to forgive. If only we open our hearts, forgiveness will flow.
"Kita semua bisa memaafkan. Cukup dengan membuka hati,  kemampuan memaafkan tersebut akkan mengalir.

Questionable Assumption #7: Self-Forgiveness doesn’t require you, the offender, to make amends to the person you harmed. It’s a gift to yourself.
"Memaafkan tidak membutuhkan kamu, yang disakiti, sebuah penyesalan dari si pelaku. Itu berguna untuk diri sendiri."

Demikian di buku tersebut beberapa asumsi standard moral di masyarakat, yang diyakini. (Sebagian besar berasal dari tradisi Kristen).

Menurut penullis tersebut, semua asumsi tersebut SALAH DAN MENYESATKAN. Asumsi atau standard moral tersebut hanya menempatkan korban dalam posisi terdakwa. Dalam buku itu akan diulas satu persatu kesalahan aumsi tersebut secara logis (bukan dogmatis) penjelasannya.....silakan baca sendiri....
Apa yang diungkapkan olah penulis buku ini, sebagai seorang psikatris senior, berdasarkan pengalaman sendiri terhadap pasien pasiennya selama ini.

Bagi yang pernah merasakan dalam posisi korban, terdholimi, dan si pelaku hanya tertawa terbahak bahak tanpa rasa sesal pasti memahaminya.

Seorang pejabat korup, tidak terlalu terusik bila supirnya nilep duit bensin. Seorang suami peselingkuh, akan cuek bebek bila istrinya keluyuran dengan brondong. Murid yang tiap hari nyontek, tidak merasa terganggu bila ada SBMPTN yang isinya titpan pejabat, dst. Artinya , semakin kita  tidak menjaga moral, kadang, semakin  mudah kita maklum dan  memaafkan perilaku amoral, vice versa.

Namun, apakah dendam itu sehat? Tidak, bahkan akan menhancurkan. Penullis buku ini menawarkan solusi yang menurut saya pribadi adalah soolusi yang terbaik,realistis dan membumi. Itu adalah ACCEPTANCE, penerimaan.


How Can I Forgive You - #1


Tulisan berikut disarikan dan terjemahkan secara bebas dari buku :

"HOW CAN I FORGIVE YOU " karangan Janis Abrahms, Ph D


Sebuah Pengantar dari blogger

Memaafkan. Begitu sulit. Bukan terhadap keluarga kita, istri, atau anak kita. Bukan, bukan itu.
Tapi kepada seseorang, yang sungguh tidak layak untuk dimaafkan. Kenapa tidak layak? Karena orang tersebut tidak menyesal, bahkan tetap menganggap dirinya benar. Tapi mengapa masyarakat tetap membebani sesorang untuk memaafkan orang yang tidak layak tersebut? Ada apa? Mengapa standar moral itu terasa ganjil.

Terasa ganjil, karena beban itu tertanggung kepada korban. Korban harus memaafkan, kalau nggak dia tidakmemenuhi standard moral. Apakah memang begitu.

Akhirnya kita hidup dalam kebohongan. Kita memaafkan, tapi rasa perih dan sakit itu makin dalam tertancap. Setiap bertemu orang tersebut, yang tanpa rasa penyesalan, rasa sakit kembali menganga. Forgiven but not forgotten. Lha, kenapa ada paradoks itu.

Sedangkan Allah SWT, tidak akan memaafkan umatnya yang tidak mau bertobat. Tapi kenapa manusia dibebankan standar moral yang sebegitu tinggi? Why?

Semua pertanyaan itu terjawab, lewat buku ini. Ada suatu istilah yaitu : MENERIMA. Acceptance. Dan kata itu menjadi kotak pandora yang menjawab semua pertanyaanku itu. Penulis tidak bertutur dari standar moral agama, religi atau kepercayaan yang mengawang di langit. Tapi berdsarkan pengalamannya sebagai seorang psikatris.

Ternyata akar dari standard tersebut berasal dari salah satu agama, yang kebetulan bukan menjadi agama saya. Namun berdasarkan agama yang saya anut, memaafkan dengan tanpa syarat tersebut bukanlah suatu kewajiban, walau bila kita melakukannya surga ganjarannya. Namun sebagai manusia biasa kit berhak menuntut balas tapi secara tidak berlebihan. Itulah QISASH.

Berlanjut ke How CAn I Forgive You #2.............

Senin, 18 Maret 2019

BASIC CYCLING


PROGRAM BAHASA BASIC POLAR WARRIOR

10 GELISAH
20 MARAH
30 MELEDAK
40 MEMAKI, MENYAKITI

50 LALU MENYESAL
60 MALU
70 DEPRESI
80 MERASA JADI ORANG JAHAT
90 MEMBENCI YANG MEMBUAT SAYA BEGINI
100 INGIN MATI

120 IF KUAT GO 200
130 IF LEMAH GO 300

200 PERBAIKI DIRI
210 BERISTIRAHAT
220 MENDEKATKAN DIRI
230 MELEPASKAN RASA SAKIT
240 STABIL SEJENAK
250  GO TO 10

300 ANJING
310 BANGSAT KAU, BANGSAT JUGA AKU
320  ARGHHH.....
330 ..........
340 END


Selasa, 12 Maret 2019

MONYET

30 tahun yang lalu, masih usia SMA, saya sempat back packer an ke pulau Bali, dan mampir ke namanya Uluwatu. Waktu itu daerah ini belum terlalu banyak terjamah turis, jadi agak lenggang dan nyaman tidak seperti daerah seperti Kuta, Sanur dsj.

Tempatnya indah, damai. Pura Uluwatu juga banyak terdapat monyet-monyet. Yang membuat berkesan, monyetnya jinak jinak, kalem, lucu. Masih malu-malu kucing monyet kalau kita beri makan. Sayang foto waktu itu entah ke mana.

Iseng-iseng setelah waktu puluhan tahun berlalu, lihat lihat youtube, wisatawan yang berada di Uluwatu. Masih tetap indah pemandangannya. Yang menarik, monyetnya sudah beda kelakuannya, udah kaya preman. Suka nyolong handphone, topi, dan barang-barang wisatawan. Untuk gantinya kita harus memberi makan kepada mereka.




Sadarkah kita bahwa sering kita berurusan dengan monyet-monyet, atau mungkin berperilaku seperti monyet tersebut. Bila kita baik sama seseorang, sekali-dua kali biasanya mereka berterimakasih. Lama-lama sudah jadi kewajiban. Trus, lama-lama kebaikan hati tersebut jadi kewajiban, bahkan mereka mengancam kalau kebaikan kewajiban itu terlewat. Pernahkah?

Saat pertama menikah, istri memasakkan makanan yang ala kadarnya pun berbunga-bunga hati. Trus lama-lama jadi kewajiban. trus bila istri tidak memasakkan sehari saja bisa jadi kita marah-marah. Padahal kita tahu, memasak bukan kewajiban istri, itu kebaikan. Demikian juga istri terhadap suami. Anak kepada orang tua, atau karyawan kepada atasannya.

Atau kita manusia kepada Tuhan?

refleksi diri, karena saya adalah monyet-monyet itu.....

Senin, 11 Maret 2019

10 Hal Yang Harus Diketahui Seorang Caregiver

this article is courtesy of : International Bipolar Foundation
Yes, this is a copy paste blog article, i don't own this article


Gangguan bipolar dan gangguan mental lainnya terkadang kurang dianggap penting. Ketika seseorang didiagnosa dengan gangguan fisik seperti kanker, orang-orang akan cepat menunjukkan dukungan dan memberi bantuan. Hal ini biasanya tidak terjadi ketika seseorang didiagnosa dengan gangguan mental. 
Mungkin salah satu penyebabnya adalah ketidaktahuan orang-orang tentang bagaimana mereka bisa membantu. Sebenarnya tidak begitu berbeda dengan bantuan untuk orang dengan gangguan fisik: hadir untuk mereka, mendengarkan keluh kesah, dan menawarkan bantuan ketika mereka butuh.  


Kami bertanya pada para voluntir kami yang hidup dengan gangguan bipolar tentang apa yang menurut mereka dapat membantu. Ini kata mereka. 
1. Dengarkan tanpa memberikan pendapat ataupun berusaha memperbaiki masalah 
Terkadang sulit untuk mendengarkan tanpa menawarkan nasehat, tapi ada kalanya mendengarkan lebih penting daripada memperbaiki masalah. Apabila hal ini sulit dipahami, silakan baca artikel ini (tersedia dalam bahasa Inggris). 
2. Katakan bahwa Anda siap kapanpun mereka butuh bicara 
Mereka merasa tenang ketika tahu bahwa Anda ada untuk mereka meskipun mereka sedang tidak ingin bicara. 
3. Tanyakan apa yang butuh dibantu 
Kadang sesuatu yang terlihat sederhana dapat mengintimidasi dan membuat mereka kewalahan. Tawarkan bantuan sederhana seperti mencuci piring atau memasak untuk meringankan beban mereka. Mungkin mereka juga butuh orang untuk menjemput anak mereka dari sekolah. Tanyakan apa yang bisa Anda bantu.
4. Ajak mereka minum kopi, dorong mereka melakukan aktivitas bersama di luar rumah
Terkadang orang dengan gangguan bipolar, khususnya dalam fase depresi, mengurung diri mereka sendiri. Temukan hal yang mereka nikmati dan bisa dilakukan bersama-sama, seperti makan di luar, menonton film di bioskop, atau jalan-jalan santai.
5. Terus ajak mereka untuk beraktivitas bersama
Terus ajak mereka meski mereka menolak. Berbagai alasan seperti kecemasan atau fobia sosial mungkin akan menghalangi mereka untuk mau ikut, tapi mereka akan merasa berterima kasih karena telah diajak.
6. Pahami bahwa mereka butuh jarak atau waktu sendiri
Kadang orang butuh waktu untuk sendiri. Ini tidak berarti mereka marah pada Anda. Coba untuk tidak memasukkannya ke hati dan hargai kebutuhan mereka untuk sendiri.
7. Tawarkan untuk menemani mereka pergi ke kegiatan komunitas peduli bipolar
Mereka mungkin gugup untuk pergi sendiri, apalagi jika belum pernah bergabung dengan komunitas. Biasanya lebih mudah untuk mengikuti kegiatan komunitas bila bersama dengan teman yang dipercaya. Meskipun ternyata mereka tidak ingin pergi bersama Anda,biasanya mereka akan menghargai Anda karena sudah menawarkan untuk menemani. 
8. Yakinkan mereka bahwa mereka adalah anggota penuh dari masyarakat
Buat mereka tahu bahwa hidup mereka bermakna. Gangguan yang mereka alami tidak mendefinisikan diri mereka dan tidak seharusnya membatasi mereka.
9. Dukung pengobatan mereka
Dukung meski bukan pengobatan yang akan Anda pilih jika Anda di posisi mereka.
10. Perkaya pengetahuan tentang gangguan bipolar
Semakin banyak Anda belajar, semakin Anda bisa memahami bipolar dan berkomunikasi tentangnya. Anda telah memulai dengan baik lewat membaca artikel ini! Pelajari lebih lanjut melalui artikel dan blog kami, atau menonton serial webinar kami. Kami juga menyediakan buku gratis berjudul Healthy Living with Bipolar Disorder (Hidup Sehat dengan Gangguan Bipolar) yang tersedia di sini dalam bahasa Inggris.

Artikel ini ditulis oleh Advice and Support Community. Kelompok ini terdiri dari sekitar 50 voluntir yang memberikan saran berdasarkan pengalaman mereka hidup dengan bipolar atau mendampingi orang dengan bipolar.
International Bipolar Foundation tidak ditujukan untuk menjadi pengganti anjuran, diagnosa atau pengobatan dari ahli medis. Selalu konsultasi dengan dokter Anda atau ahli medis yang berkualifikasi tentang hal-hal yang terkait dengan kondisi medis Anda. Jangan abaikan anjuran dari ahli atau menunda-nunda konsultasi karena sesuatu yang Anda baca atau terima dari International Bipolar Foundation.